Martapura (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Provinsi Sumatera Selatan mengejar predikat Program Kampung Iklim (Proklim) tahun 2024, melalui sosialisasi untuk memberikan wawasan bagi perangkat desa tentang program tersebut.
"Tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan wawasan, ilmu, dan teknis-teknis tentang Proklim," kata Wakil Bupati OKU Timur Adi Nugraha Purna Yudha saat membuka sosialisasi Program Kampung Iklim tahun 2024 di Martapura, Jumat.
Sosialisasi tersebut menghadirkan narasumber penyuluh dari Kementerian LHK Wilayah Sumatera Selatan, yang diikuti oleh 70 orang peserta dari perangkat desa di wilayah itu.
"Pemenuhan Proklim ini sendiri minimal 30 persen dari jumlah desa yang ada. Artinya dari 305 desa yang ada di OKU Timur, minimal 83 desa harus memenuhi Proklim," katanya.
Menurut Wabup, pentingnya program kampung iklim itu karena mayoritas masyarakat di OKU Timur berprofesi sebagai petani, yang secara tidak langsung bergantung pada iklim, baik saat musim kemarau maupun hujan.
Karena itu, dengan terbentuknya desa Proklim di OKU Timur itu diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan iklim ekstrem di wilayah itu.
"Dampak El-Nino begitu luar biasa terutama pada sektor pertanian. Oleh sebab itu dengan adanya Proklim diharapkan kita bisa mempersiapkan diri dan mengatasi perubahan iklim ekstrem jika suatu saat terjadi," katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) OKU Timur Feri Hadiansyah menjelaskan, penghargaan Proklim adalah predikat yang diberikan untuk memperkuat kapasitas adaptasi masyarakat terhadap dampak perubahan iklim dan menurunkan emisi gas rumah kaca (GKR), serta memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Suatu dampak yang terjadi dari perubahan Iklim adalah anomali cuaca dan iklim yang sering kali menyebabkan terjadinya gagal panen, sehingga memicu kerawanan pangan dan fluktuasi harga di pasar.
Hal itu bisa dicegah dan diantisipasi dari kontribusi dalam mitigasi dengan cara mengurangi penggunaan kantong plastik dan menjaga lingkungan hidup agar tetap bersih.
Selain itu, perubahan iklim yang sehat juga dapat dilakukan melalui kegiatan reboisasi dengan aktif menanam pepohonan dalam pencegahan populasi lingkungan.
"Materi-materi inilah yang disampaikan dalam sosialisasi ini, yang diharapkan dapat diserap oleh para peserta," katanya.