Tulus menjelaskan mudahnya akses dan bisa dibeli dalam jarak 2-10 menit menjadi salah satu pemicu utama anak dan remaja banyak mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan.
“Sebesar 38 persen membeli di warung, 28 persen di minimarket, 17 persen di supermarket dan akses lainnya seperti fasilitas kesehatan, rumah sakit, dan fasilitas umum seperti sekolah sebesar 18 persen,” katanya.
Selain kemudahan akses, ia merinci tiga faktor dan aspek lainnya yang menjadi pemicu, yaitu pertama faktor rasa penasaran 32,4 persen, kedua faktor enak rasanya 27,1 persen, dan ketiga aspek harga 14,4 persen.
Aspek lainnya yaitu pemengaruh 6,4 persen, pengaruh anggota rumah tangga 5,8 persen, iklan di media massa 3,8 persen, aspek teman 3,6 persen, media sosial 3,4 persen, dan tetangga 3,3 persen.
“Maka dari itu perlu regulasi yang mengatur pemasaran produk-produk berpemanis kepada anak-anak dan remaja dapat membantu mengurangi dampak pemasaran agresif,” ucap Tulus.