Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah berpeluang melemah pada Jumat, setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dirilis semalam, yaitu data tenaga kerja versi swasta Automatic Data Processing/ADP dan data Purchasing Managers Index (PMI) sektor jasa menunjukkan kenaikan di atas ekspektasi pasar.
Kenaikan data PMI terlihat dari angka aktual sebesar 53,9 yang lebih besar dibandingkan angka konsensus 51,0 dan data sebelumnya sebesar 50,3.
"Angka (data PMI) di atas 50 artinya aktivitas masih bertumbuh," ujar dia ketika ditanya ANTARA di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, data ekonomi AS yang membaik mendukung ekspektasi kebijakan suku bunga tinggi bank sSentral AS, sehingga mendukung penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Jika melihat dari dalam negeri, data cadangan devisa (cadev) bulan Juni 2023 dinilai bisa mempengaruhi rupiah. Bila mengalami kenaikan dari sebelumnya, lanjut dia, dapat membantu menahan pelemahan rupiah.