Dinkes OKU Sumsel tangani 528 kasus diare

id Penyakit diare, musim kemarau, air sungai, pasien diare, Dinas Kesehatan OKU,Dinas Kesehatan OKU tangani 528 kasus diare

Dinkes OKU Sumsel tangani 528 kasus diare

Kepala Bidang Pencegahan dan Penataan lingkungan Hidup Dinas Kesehatan OKU Andi Prapto. (ANTARA/Edo Purmana/23)

Baturaja (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan, selama periode Januari-Mei 2023 menangani sebanyak 528 kasus penyakit diare yang mayoritas dialami anak di daerah itu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penataan lingkungan Hidup Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Andi Prapto di Baturaja, Rabu menerangkan, angka penderita penyakit diare di daerahnya itu tergolong tinggi, tercatat selama lima bulan terakhir mencapai 528 kasus.

"Berdasarkan data dari 18 puskesmas yang tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten OKU jumlah pasien diare tahun ini mencapai 528 orang," katanya.

Menurut dia, tingginya angka kasus tersebut disebabkan karena musim kemarau yang berdampak pada kebutuhan air bersih masyarakat menjadi berkurang hingga memicu penyebaran diare.

Sebagai besar masyarakat khususnya di wilayah pedesaan selama ini mengandalkan Sungai Ogan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk dikonsumsi dimana saat kemarau debit dan kualitasnya berkurang.

"Ditambah lagi budaya membuang sampah di Sungai Ogan yang dilakukan oknum warga membuat kualitas air sungai menjadi buruk," jelasnya.

Hanya saja, kata dia, meskipun kasus diare di Kabupaten OKU tergolong tinggi, namun sejauh ini masih level aman karena seluruh pasien yang menderita penyakit tersebut dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan.

Sebagai upaya antisipasi diare agar tidak kembali menyebar, saat ini Dinas Kesehatan OKU menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Melalui tenaga kesehatan di seluruh puskesmas di Kabupaten OKU pihaknya mengedukasi masyarakat agar menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari penyebaran berbagai penyakit, termasuk diare.

"PHBS ini seperti menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih, termasuk tidak menggunakan air sungai untuk dikonsumsi selama kemarau. Kalaupun terpaksa harus dimasak terlebih dahulu dan dipastikan benar-benar sudah matang," ujarnya.