Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA) - Para petani kopi di Provinsi Sumsel diimbau untuk melakukan upaya antisipasi anomali cuaca yang diprakirakan berlangsung lebih panas dan kering hingga akhir tahun ini supaya terhindar dari ancaman gagal panen.
Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian, di Palembang, Senin, mengatakan, menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) cuaca panas tersebut puncaknya berlangsung dimulai pada Oktober 2023 atas adanya fenomena badai El-Nino.
“Potensi ini perlu diantisipasi sejak dini untuk supaya memperkecil, bahkan terhindar dari ancaman gagal panen,” kata dia.
Dia menyebutkan, cuaca panas menjadi ancaman tersendiri bahkan dua tahun terakhir ini membuat produksi kopi petani Sumsel turun cukup signifikan.
Pihaknya mencatat hasil panen kopi di Sumsel per Februari mencapai 211.681 ton per tahun dari luas lahan 257 ribu hektare, jumlah itu lebih rendah sekitar 20 persen dibandingkan dua tahun sebelumnya.
“Sementara, permintaan banyak tapi produksi sedikit sehingga berlaku hukum pasar harga menjadi naik dan ini bukan hanya di Sumsel tapi juga di dunia,” kata dia.
Menurutnya, mengatasi peningkatan suhu cuaca para petani disarankan untuk melakukan penyiraman yang lebih.
Dalam hal ini Dinas Perkebunan Sumsel dan instansi terkait lainnya telah menyalurkan bantuan berupa pembuatan irigasi, baik berupa embung maupun pipanisasi dan ini dapat juga dilakukan oleh kelompok secara swadaya mengingat keterbatasan anggaran pemerintah.
Kemudian, supaya produksi kembali naik para petani juga harus rutin melakukan pemupukan karena biasanya kebanyakan petani mengandalkan berbuah secara alami saja.
Ia menambahkan, langkah selanjutnya saat panen petani harus dengan cara melakukan petik merah atau matang sempurna dan jangan lagi petik pelangi,
Hal tersebut dikarenakan petik merah akan mempengaruhi harga jual yang cenderung lebih tinggi.
Kemudian yang perlu diperhatikan juga agar produksi kopi kembali bagus adalah perawatan kopi pasca panen karena itu akan mempengaruhi produksi selanjutnya
Dinas Perkebunan juga sudah mengenalkan upaya peremajaan dengan cara sambung pucuk batang.
Menurut dia, sambung itu dilakukan dengan cara menggabungkan dua jenis tanaman kopi robusta di bagian bawah dengan entres dari jenis atau Klon kopi unggul sebagai batang atas yang produksinya tinggi.
“Caranya pohon kopi kita potong setinggi 1 meter – 1,5 meter atau setinggi orang normal. Nah batang inilah nanti jadi batang bawah,” ujarnya.
Setelah tumbuh beberapa tunas baru pada batang yang sudah dipotong tadi baru dilakukan sambung pucuk dengan entres dari jenis klon unggul.
Langkah selanjutnya tinggal perawatan atau pemeliharaan tanaman tadi seperti memupuk, pencegahan hama dan penyakit, pemberian pohon naungan dan lain lain sampai tanaman tadi berbuah.
Dari hasil sambungan tadi dengan perawatan yang optimal, hasil produksi kopi bisa meningkat sampai 3 – 4 kali lipat dengan produksi meningkat pendapatan petani pun akan meningkat, demikian kata Rudi.