Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih akan melemah terhadap dolar AS pada Jumat.
Potensi pelemahan ke arah Rp15 ribu dengan potensi support di kisaran Rp14.900.
“Index dolar AS terlihat menguat di area 104 (basis poin), di mana sebelumnya bergerak di kisaran 103 (basis poin),” ucap dia ketika ditanya Antara di Jakarta.
Pada pembukaan perdagangan Jumat pagi, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah tipis sebesar 0,02 persen atau 3,5 poin menjadi Rp14.956 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.953 per dolar AS.
Penopang penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya adalah rilis data produk domestik bruto (AS) kuartal I/2023 yang direvisi naik ke 1,3 persen dari sebelumnya 1,1 persen.
Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS juga dirilis lebih bagus dari perkiraan yang memperlihatkan penurunan klaim pengangguran.
Menurut Ariston, data ekonomi AS yang membaik bisa menjadi alasan bagi Bank Sentral (The Fed) AS untuk mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi, bahkan bisa meningkatkan suku bunga lagi.
“Selain itu, kesepakatan kenaikan batas utang AS yang belum juga tercapai, padahal sudah hampir mendekati deadline utang menjadi default meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar, sehingga sebagian pelaku pasar memilih masuk ke aset aman dolar AS,” ujarnya.
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memberikan indikasi belum akan memangkas suku bunga acuan karena melihat suku bunga acuan The Fed belum akan turun. BI mewaspadai peningkatan ketidakpastian global yang bisa memberikan tekanan ke rupiah.