Akamai: Serangan tertinggi aplikasi terjadi pada sektor keuangan

id akamai,serangan siber,web,API,aplikasi

Akamai: Serangan tertinggi aplikasi terjadi pada sektor keuangan

Ilustrasi - Serangan siber (Freepick)

Jumlah serangan LFI ini meningkat sekitar 154 persen pada 2022, melampaui serangan XSS dan SQLi. Serangan LFI mengeksploitasi praktik coding yang tidak aman atau kerentanan yang sebenarnya pada server web, untuk menjalankan kode dari jarak jauh atau mengakses informasi sensitif yang disimpan secara lokal.

Saat ini, server web berbasis PHP sangat rentan terhadap serangan LFI karena metodenya yang memintas filter input. Sebagian besar situs web populer, seperti Facebook, WordPress, dan Wikipedia, menjalankan PHP, yang berarti meningkatkan kecenderungan penggunaan LFI.

Oleh karena itu, kenaikan serangan LFI menunjukkan pelaku ancaman selalu berinovasi dan mengubah target sesuai perilaku pelanggan untuk memaksimalkan pengembalian investasi.

Selain lembaga keuangan, laporan State of the Internet berjudul Slipping Through The Security Gaps: The Rise of Application and API Attacks Against Organizations ini juga mencatat industri perdagangan dan media digital juga rentan terhadap serangan serupa.

"Pelaku kejahatan siber akan selalu mengeksploitasi aplikasi web dan API serta menggunakan berbagai teknik baru untuk memaksimalkan pengembalian investasi mereka. Sektor keuangan, manufaktur, dan perdagangan adalah pusat inovasi digital yang merupakan sasaran empuk bagi para pelaku serangan," kata Koh.

Kenaikan serangan tertinggi terjadi di Australia dan Jepang yang tumbuh hingga masing-masing sebesar 259 persen dan 1.635 persen pada 2022 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Serangan terhadap sektor teknologi tinggi di Jepang juga naik 116 persen, yang disebabkan besarnya investasi dalam bidang R&D dan teknologi canggih.

Namun demikian, pola serangan aplikasi web dan API di Australia pada 2022 bersifat konstan serta konsisten dengan hanya beberapa serangan big-bang, sedangkan sebagian besar serangan di Jepang berjenis big-bang. Hal ini menunjukkan bahwa vertikal dan organisasi khusus di negara tersebut selalu menjadi target serangan.

Sementara itu, India juga mengalami kampanye serangan konstan dan konsisten pada sektor ritel dan perdagangan dengan kenaikan hingga mencapai 90 persen pada 2022 seiring dengan peningkatan jumlah peritel online dan perbelanjaan melalui e-commerce.

"Ragam serangan menunjukkan kecenderungan penggunaan eksekusi kode dari jarak jauh, dengan meningkatnya vektor serangan, seperti Server-Side Request Forgery (SSRF), Server-Side Template Injections (SSTI), dan Server-Side Code Injection. Karena percobaan serangan siber begitu gencar, organisasi harus selalu mengetahui tren serangan terbaru serta praktik terbaik untuk beradaptasi dengan strategi mitigasi," ujar Koh.