GTPP Sumsel ingatkan sekolah antisipasi klaster baru
Palembang (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Sumatera Selatan mengingatkan sekolah agar mengantisipasi munculnya klaster baru karena tren penambahan kasus baru di wilayah tersebut cenderung menunjukkan peningkatan.
"Jika kasus belum ada penurunan berarti RT (angka reproduksi efektif) Sumsel masih di atas 1, atau satu orang bisa menularkan ke dua orang lain," kata Juru Bicara GTPP Sumsel, Yusri, Senin.
Menurut dia kondisi RT di atas satu tersebut belum cukup baik untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah, terutama di wilayah zona merah atau daerah risiko tinggi, meskipun kasus positif kalangan usia pelajar (5-19 tahun) tidak sampai 10 persen dari total kasus saat ini.
Baca juga: Kemendikbud pastikan tahun ajaran baru 2020 tidak dimundurkan
Bahkan Kota Palembang yang masuk zona merah sesungguhnya belum dianjurkan belajar di sekolah, kata dia, sebab jika melihat penambahan kasus baru di wilayah itu masih paling tinggi dari kabupaten/kota lainnya di Sumsel dengan mencakupi 60 persen dari total kasus positif di Sumsel.
Baca juga: Ombudsman berharap tidak ada siswa putus sekolah akibat rumitnya PPDB
Namun pihaknya tidak dapat melarang dibukanya sekolah sebab kebijakan itu kewenangan pemerintah kabupaten/kota, GTPP Sumsel hanya mengimbau sekolah yang kembali dibuka agar mampu memastikan protokol kesehatan dilakukan dengan sangat ketat.
Guru tidak hanya memantau siswa terkait penggunaan masker, tetapi juga harus memperhatikan jarak atau jangan sampai siswa berkerumun, serta memastikan siswa mencuci tangan secara berkala.
Baca juga: Indonesia dinilai siap masuk tahun ajaran baru sekolah dengan "normal baru"
"Intinya apapun aktivitasnya silahkan dilakukan dengan tetap menjalankan protokol, tentu saja kita tidak ingin timbul klaster-klaster dari sekolah," tambahnya.
Sementara warga Sumsel yang terkonfirmasi positif COVID-19 kembali bertambah 50 orang pada hari ini Senin (13/7), yakni dari Kota Palembang (46 orang), Banyuasin (dua), serta Lubuklinggau dan Musi Banyuasin masing-masing satu orang.
"Total kasus positif di Sumsel saat ini sudah 2.703 orang," pungkasnya.
Namun kasus sembuh juga bertambah 23 orang dari Palembang (19 orang), Musi Banyuasin (dua) dan Lubuklinggau (dua), sehingga total kasus sembuh menjadi 1.310 orang (48, persen).
Sedangkan kasus meninggal bertambah empat orang dari Palembang (tiga) dan Banyuasin (satu), sehingga totalnya kini mencapai 129 orang atau (4,8 persen).
Dari 2.703 kasus positif di Sumsel, 1.439 dinyatakan selesai dan 1.264 kasus aktif dan masih mendapat penanganan di Kota Palembang (985 kasus), disusul Kabupaten Banyuasin (87 kasus), Muara Enim (68 kasus), PALI (41 kasus), Musi Banyuasin (23 kasus), Ogan Ilir (22 kasus), Lubuklinggau (tujuh kasus)
Ogan Komering Ilir (OKI) delapan kasus, Prabumulih (enam), Pagaralam (lima), Lahat (lima), OKU Timur (dua), Empat Lawang (satu), dan luar wilayah (lima kasus).
Baca juga: Siswa SDN ke sekolah pakai baju tidur dan sandal
Baca juga: Kualitas udara memburuk, Jam masuk sekolah di Jambi mundur
"Jika kasus belum ada penurunan berarti RT (angka reproduksi efektif) Sumsel masih di atas 1, atau satu orang bisa menularkan ke dua orang lain," kata Juru Bicara GTPP Sumsel, Yusri, Senin.
Menurut dia kondisi RT di atas satu tersebut belum cukup baik untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah, terutama di wilayah zona merah atau daerah risiko tinggi, meskipun kasus positif kalangan usia pelajar (5-19 tahun) tidak sampai 10 persen dari total kasus saat ini.
Baca juga: Kemendikbud pastikan tahun ajaran baru 2020 tidak dimundurkan
Bahkan Kota Palembang yang masuk zona merah sesungguhnya belum dianjurkan belajar di sekolah, kata dia, sebab jika melihat penambahan kasus baru di wilayah itu masih paling tinggi dari kabupaten/kota lainnya di Sumsel dengan mencakupi 60 persen dari total kasus positif di Sumsel.
Baca juga: Ombudsman berharap tidak ada siswa putus sekolah akibat rumitnya PPDB
Namun pihaknya tidak dapat melarang dibukanya sekolah sebab kebijakan itu kewenangan pemerintah kabupaten/kota, GTPP Sumsel hanya mengimbau sekolah yang kembali dibuka agar mampu memastikan protokol kesehatan dilakukan dengan sangat ketat.
Guru tidak hanya memantau siswa terkait penggunaan masker, tetapi juga harus memperhatikan jarak atau jangan sampai siswa berkerumun, serta memastikan siswa mencuci tangan secara berkala.
Baca juga: Indonesia dinilai siap masuk tahun ajaran baru sekolah dengan "normal baru"
"Intinya apapun aktivitasnya silahkan dilakukan dengan tetap menjalankan protokol, tentu saja kita tidak ingin timbul klaster-klaster dari sekolah," tambahnya.
Sementara warga Sumsel yang terkonfirmasi positif COVID-19 kembali bertambah 50 orang pada hari ini Senin (13/7), yakni dari Kota Palembang (46 orang), Banyuasin (dua), serta Lubuklinggau dan Musi Banyuasin masing-masing satu orang.
"Total kasus positif di Sumsel saat ini sudah 2.703 orang," pungkasnya.
Namun kasus sembuh juga bertambah 23 orang dari Palembang (19 orang), Musi Banyuasin (dua) dan Lubuklinggau (dua), sehingga total kasus sembuh menjadi 1.310 orang (48, persen).
Sedangkan kasus meninggal bertambah empat orang dari Palembang (tiga) dan Banyuasin (satu), sehingga totalnya kini mencapai 129 orang atau (4,8 persen).
Dari 2.703 kasus positif di Sumsel, 1.439 dinyatakan selesai dan 1.264 kasus aktif dan masih mendapat penanganan di Kota Palembang (985 kasus), disusul Kabupaten Banyuasin (87 kasus), Muara Enim (68 kasus), PALI (41 kasus), Musi Banyuasin (23 kasus), Ogan Ilir (22 kasus), Lubuklinggau (tujuh kasus)
Ogan Komering Ilir (OKI) delapan kasus, Prabumulih (enam), Pagaralam (lima), Lahat (lima), OKU Timur (dua), Empat Lawang (satu), dan luar wilayah (lima kasus).
Baca juga: Siswa SDN ke sekolah pakai baju tidur dan sandal
Baca juga: Kualitas udara memburuk, Jam masuk sekolah di Jambi mundur