Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) tengah mendorong penerapan standar asuransi bagi atlet sepak bola profesional untuk dituangkan dalam draft kontrak pemain.
"Kata asuransi selalu ada di dalam kontrak pemain, tapi implementasi pelaksanaan asuransinya yang seperti apa?, Itu perlu dicermati," kata General Manager APPI, Ponaryo Astaman, di Jakarta, Rabu.
Mantan pemain tim nasional Indonesia itu menyebut perusahaan asuransi bagi pemain sepak bola di Indonesia saat ini masih beragam.
Bahkan sebagian besar klub mengandalkan asuransi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) milik pemerintah.
"Sebagian besar masih dicover BPJS melalui klub. Nominal asuransinya beragam, ada yang Rp25.000, Rp50.000 dan seterusnya," katanya.
Namun ada pula klub besar seperti Persija, Persib, Persipura, Barito, dan Madura united yang sudah menggandeng perusahaan asuransi swasta ternama untuk kepentingan perawatan atlet yang cedera di pertandingan.
"Asuransi dari klubnya memang bagus, bukan asuransi abal-abal," katanya.
Ponaryo mengatakan asuransi menjadi hal penting yang perlu dimiliki oleh seorang atlet profesional untuk menjaga keberlangsungan karier.
Standar asuransi yang ideal bagi seorang atlet, kata dia, mencakup seluruh kebutuhan perawatan medis berikut terapi pengobatan.
Adapun besaran nominal biaya perawatan rumah sakit berkisar Rp100 juta-an untuk satu kali operasi.
"Nominal itu belum termasuk biaya terapi minimal tiga hingga empat bulan hingga si atlet benar-benar pulih dari cedera," katanya.
APPI sebagai organisasi yang menaungi hak pesepak bola profesional di Indonesia, tengah intensif mendorong standar perlindungan asuransi yang ideal dalam draft 'standard player contract' (SPC).
"Masukan terkait standar asuransi ini sudah bergulir beberapa kali, bahkan pada SPC kita masukan semuanya dengan standar asuransi yang sama dengan seluruh pemain dan klub. Hal standar saja yang di atur di dalam itu, dan itu salah satu poin yang kita dorong bisa ada di dalam SPC," katanya.