Menanti olahraga otomotif Indonesia menuju kelas dunia

id motogp mandalika 2021,olahraga otomotif nasional,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, palembang hari ini

Menanti olahraga otomotif Indonesia menuju kelas dunia

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan CEO Dorna Carmelo Ezpeleta (kiri) disela-sela pertemuan di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (11/3/2019). Pertemuan Presiden dengan CEO Dorna Sport, Dirut Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan sejumlah pebalap tim Honda tersebut diantaranya untuk membahas kesiapan dan rencana Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP 2021di Mandalika, Nusa Tenggara. (ANTARAFOTO/PUSPA PERWITASARI)

Kita semua tahu kalau balap motor (MotoGP) sangat populer di Indonesia, dan ini sangat penting bagi industri kami, kata Ezpelata

Jakarta (ANTARA) - Awal tahun ini publik Indonesia digemparkan oleh kabar bahwa negara kepulauan di Asia Tenggara itu akan menjadi tuan rumah ajang balap motor MotoGP yang akan digelar di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.

Maret tahun ini, Presiden Joko Widodo menerima kunjungan CEO Dorna Sports Carmelo Ezpelata di Istana Bogor.

Kunjungan orang nomor satu di kejuaraan dunia balap motor MotoGP itu antara lain bertujuan untuk membahas kesiapan dan rencana Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP 2021 di Mandalika menyusul penandatanganan kontrak antara Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dengan Dorna pada Januari.

Ezpelata memaparkan alasannya menyetujui proposal seri MotoGP di Mandalika karena melihat antusiasme masyarakat Indonesia terhadap olahraga balap motor.

"Kita semua tahu kalau balap motor (MotoGP) sangat populer di Indonesia, dan ini sangat penting bagi industri kami," kata Ezpelata usai bertemu Jokowi.

Mandalika terpilih menyingkirkan sirkuit nasional Sentul yang sekarang dipandang kurang layak untuk menggelar seri balap motor nomor wahid di dunia itu. Sirkuit yang berada di Jawa Barat itu pernah menggelar ajang MotoGP untuk pertama kalinya di Indonesia pada 1996.

Ezpelata mengaku rencana balapan MotoGP Mandalika mendapat respons baik oleh dunia balap internasional dan telah mengumumkan secara resmi ketika konferensi pers di Qatar.

Kontrak pembangunan arena balap itu diberikan kepada Vinci Construction. Perusahaan konstruksi asal Prancis itu telah mengalokasikan kurang lebih 131 hektar tanah di sekitar Mandalika, area bisnis di Lombok bagian selatan.

Belakangan pembangunan sirkuit jalan raya sepanjang 4,3 km yang semula direncanakan mulai Oktober tahun ini diundur paling lambat hingga Januari tahun depan, demikian umum Presiden Jokowi ketika meninjau pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Mei lalu.

Setelah kembali terpilih menjadi presiden, bersama Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden, dalam pemilihan umum tahun ini, kira-kira ada lima tahun lagi bagi pemerintahan yang baru, setelah pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober nanti, untuk meneruskan legasi itu.

Dalam kunjungannya ke KEK Mandalika itu, Presiden Jokowi berharap semua segera bisa dikerjakan. Mulai dari bandara hingga jalan menuju lokasi sirkuit.

"Nanti akan dibangun by pass, gede banget melebihi tol, karena lebarnya 50 meter. Nanti dilihat gambarnya sudah di tunjukkan ke saya," terang Jokowi.

Sirkuit Mandalika pun diharapkan menjadi sebuah titik awal pertumbuhan ekonomi baru yang secara agregat bisa memberikan dukungan kepada ekonomi nasional dan NTB.

Selain itu penyelenggaraan MotoGP di Mandalika akan membuka peluang bagi lomba-lomba bertaraf internasional lainnya, demikian ungkap Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia Sadikin Aksa.

IMI pun menyatakan kesiapannya untuk menjadi regulator penyeleggaraan MotoGP di Tanah Air karena sebagai organisasi otomotif, IMI menginduk kepada Federation International de Motocyclisme (FIM) yang menaungi penyelenggaraan MotoGP.

IMI telah bertemu dengan perwakilan direksi ITDC untuk mengadakan koordinasi homologasi street sirkuit Mandalika dan persiapan penyelenggaraan balap MotoGP di Mandalika, termasuk pelatihan dan penyiapan race marshalls dan officials.

Salah satu yang akan dilibatkan dalam penyiapan race marshalls adalah pemuda di sekitar Mandalika. Hal itu sejalan dengan masukan Pemprov NTB dan Pemkab Lombok Tengah agar anak-anak muda Lombok dapat dilatih sebagai marshal dan official.

"Kewajiban kita saat ini adalah menyampaikan detil data sirkuit sebagai syarat keamanan yang memang merupakan syarat utama," ujar Sadikin.

Diproyeksikan penyelenggaraan MotoGP dan pengelolaan fasilitasnya akan menyerap ribuan tenaga kerja, baik secara temporer pada saat lomba maupun reguler untuk pengelolaan fasilitas yang ada.

Sirkuit jalan raya itu diharapkan mampu mendongkrak jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, khususnya ke Lombok karena setiap balapan grand prix berlangsung sekitar empat hari mulai dari sesi latihan, kualifikasi hingga lomba.

Presiden Direktur ITDC Abdulbar M.Mansoer perkirakan kurang lebih 100.000 penonton bisa hadir setiap harinya di sirkuit tersebut ketika pekan balapan berlangsung.

Pebalap nasional, M.Fadli, yang kini menekuni balap mobil setelah kehilangan kaki kirinya pada balapan motor, mengungkapkan jika Sirkuit Mandalika akan memiliki daya tarik tersendiri karena menyajikan sensasi balapan jalan raya jika mengelar MotoGP 2021 nanti.

"Saya rasa pebalap-pebalap MotoGP pun bakal happy (senang) ya karena pengalaman pertama mungkin bagi mereka di street race," kata M.Fadli ketika ditemui di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, April lalu.

"Walaupun sirkuit jalan raya tapi syarat dengan safety, karena ada gravelnya dan ada run-off-nya," kata Fadli, yang juga mantan pebalap motor roda dua itu.

"Selama ini kan baru F1, tapi kan tidak mungkin Sirkuit Monako menggelar balap motor karena terlalu dekat dengan tembok," kata Fadli.

Dimas Ekky Pratama saat ini menjadi pebalap Indonesia yang berkompetisi di ajang Moto2 tahun ini walaupun langganan finis di peringkat buncit.

Fadli pun menyatakan dukungannya kepada pebalap asal Depok, Jawa Barat itu.

"Memang tidak gampang di Moto2...walaupun dia sudah beberapa tahun di CEV."

"Intinya adalah persaingan yang membuat pebalap cepat improve (berkembang)," kata Fadli yang juga atlet paracyling itu.

Belum juga selesai mengurusi venue MotoGP di Mandalika, muncul wacana bagi Indonesia untuk sekalian menggelar balapan jet darat Formula 1 di Sirkuit tersebut.

Hal itu disampaikan oleh Abdulbar ketika bersama pengusaha Erick Thohir menemui Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Mei.

"Bapak Presiden menyampaikan bahwa akan lebih efisien lagi atau akan lebih baik lagi bagi 'country branding' (citra negara) Indonesia jika Indonesia juga mempunyai balap mobil F1 yang merupakan balap mobil terkemuka di dunia," kata Abdulbar.

"Beliau menyampaikan, F1 ini patut kita jajaki untuk diselenggarakan dalam rangka 'country branding' Indonesia dan juga dalam memperkuat 'brand sport tourism' di Indonesia selain MotoGP dan juga upaya Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade tahun 2032," ucapnya.

ITDC sendiri mengaku siap menjalankan program pemerintah untuk menjadikan sirkuit Mandalika sebagai ikon Indonesia yang menggelar dua ajang balap berkelas dunia.

Erick Thohir, dalam kesempatan yang sama, menjelaskan arahan Presiden mengenai kemungkinan menggelar balapan F1 tersebut berdasarkan pada pembangunan sirkuit Mandalika yang dinilai akan lebih bermanfaat bila tidak hanya ditujukan untuk menggelar MotoGP saja pada 2021 mendatang.

"Kita melihat 'track' yang sedang dibangun di Mandalika ini juga bisa dimanfaatkan untuk arena balapan mobil di mana tidak ada pemborosan. F1 bisa ataupun kendaraan balap mobil yang lain," kata Erick.

Ia juga melihat adanya peluang bagi Indonesia untuk melakukan itu. Menurut dia, peluang itu menjadi kesempatan emas bagi pemerintah untuk dapat meningkatkan sektor pariwisata nasional.

"Kita melihat 'opportunity' ini tidak hanya 'opportunity' sebagai penyelenggara, tetapi bagaimana juga kita kaitkan dengan investasi ke depan, investasi 'tourism'. Kita tahu Indonesia tidak hanya menjajaki halal 'tourism', tapi juga menjajaki menjadi negara yang tidak kalah bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia dalam menjual 'sport tourism' ataupun kebudayaan," kata Erick.