Terapi ARV terbaik untuk pengobatan HIV/AIDS

id aids,hiv,hrv,penyakit

Terapi ARV terbaik untuk pengobatan HIV/AIDS

Ilustrasi HIV/AIDS (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Apoteker Fungsional di RS Dr Mohammad Hoesin, Laylatul Izzatul mengatakan terapi Antiretroviral (ARV) dengan dosis kombinasi merupakan terapi terbaik bagi pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

"Hingga saat ini tujuan utama pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus (viral load), sehingga akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi kematian akibat infeksi oportunistik," ujarnya, Kamis.

Dijelaskannya, pengobatan antiretroviral merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS  untuk mengurangi resiko penularan HIV, menghambat perburulan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah Virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi. Hal yang paling berperan penting dalam keberhasilan terapi adalah kepatuhan (adherence) ODHA dalam mengkonsumsi obat Anti Retroviral (ARV).

Terapi Anti Retroviral bersifat kompleks karena membutuhkan waktu terapi cukup panjang bahkan seumur hidup.

"Sistem imunitas  yang kadang semakin menurun secara progresif bila mengalami kegagalan, serta timbulnya beberapa jenis infeksi oportunistik secara bersamaan," katanya

Farmasis sebagai praktisi pharmaceutical care bertangung jawab untuk mengoptimalkan terapi dan keberhasilan terapi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dia menjelaskan HIV/AIDS merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat mengakibatkan hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi penyakit lainnya.

Sedangkan AIDS suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yg disebabkan masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.

"Menurut World Health Organization (WHO) pada Tahun 2015, antiretroviral sudah digunakkan pada 46 persen pasien HIV diberbagai negara. Dan telah berhasil menurunkan angka kematian yang berhubungan dengan HIV/AIDS dari 1,5 juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta pada tahun 2015, (dikutip dari  Teguh H Karyadi, 2017)," tutupnya.