Musi Rawas Utara (ANTARA News Sumsel) - Nazar merupakan bagian dari bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerena sesuatu yang diinginkannya tercapai.
Biasanya orang bernazar berupa puasa, menggelar yasinan bersama, mengkhatamkan bacaan Al-Quran, atau bersedekah kepada pihak tertentu.
Namun, berbeda bagi keluarga Marhana (72), warga Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, yang memiliki nazar tak lazim, yakni, apabila anak atau cucunya dapat menyelesaikan pendidikan jenjang perguruan tinggi dan menyandang gelar sarjana, maka sebagai nazarnya dimandikan dengan darah kerbau.
Marhana menjelaskan nazar memandikan anak dan cucunya dengan darah kerbau ini sudah ia lakukan kepada ketiga anaknya dan dua cucunya yang telah berhasil menyandang gelar sarjana.
"Alhamdulillah ada satu lagi cucu kami yang selesai kuliah, khusus di keluarga kami kalau lulus nazarnya mandi darah kerbau, kebetulan juga ini bertepatan dengan hari raya Idul Adha," kata Marhana, kepada ANTARA News Sumsel, Kamis.
Setiap ada anak atau cucunya yang lulus kuliah, Marhana selalu menyembelih seekor kerbau peliharaannya untuk dimakan bersama-sama keluarga dan disedekahkan kepada warga setempat.
"Kalau ada yang lulus kuliah, kami syukuran, menyembelih kerbau, dagingnya untuk dimakan, darahnya untuk dimandikan kepada yang baru lulus kuliah tadi," katanya.
Sementara itu, Riki Hendar (24), salah seorang cucu Marhana yang baru saja mendapat gelar sarjana setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi terpaksa harus menuruti nazar dari kakek dan neneknya.
Saat ditanya bagaimana rasanya mandi darah kerbau, Riki mengungkapkan mandi darah tentu sangat berbeda dengan mandi menggunakan air bersih pada umumnya, karena darah kerbau mengeluarkan bau tak sedap.
"Darah kerbau itu sangat amis, saya saja hampir mau muntah, karena saya tidak tahan dengan baunya, tapi tidak masalah, karena ini nazar kakek dan nenek saya, jadi harus dituruti," ujarnya.