Sleman (ANTARA News Sumsel) - Kopi produksi lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sudah memiliki pasar sendiri sehingga harganya juga tidak tergantung harga kopi di pasar nasional maupun internasional.
Ketua Koperasi Usaha Bersama (KUB) Kebun Makmur Cangkringan, Sleman, Sumijo, di Sleman, Selasa, mengatakan kopi merapi sudah memiliki pasar sendiri di kalangan penikmat kopi.
"Pasar kopi merapi saat ini sudah masuk di hotel, kafe, toko oleh-oleh, ataupun warung kopi terutama di seputar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," katanya.
Menurut dia, kopi merapi tidak takut bersaing dengan kopi-kopi hasil produksi daerah lainnya, karena mempunyai kualitas yang bisa diandalkan.
"Dengan membuka pasar sendiri ini maka harga tidak mengikuti dengan pasaran nasional maupun dunia. Kami membuat pasar sendiri. Tidak tergantung dengan harga kopi dunia atau nasional," katanya.
Ia mengatakan kualitas yang berbeda dengan produk kopi daerah lainnya tersebut, di antaranya tanaman yang tumbuh di lereng Gunung Merapi itu membuat aromanya lebih muncul.
"Pengaruh abu vulkanik yang menjadi pupuk organiknya. Selain itu juga memakai pupuk kandang. Jadi tidak begitu berat dan tidak masalah untuk lambung, bagi yang menikmatinya," katanya.
Sumijo mengatakan untuk harga kopi berjenis arabika dari petani dibeli kisaran Rp5.000 sampai Rp7.000 per kilogram saat ini, sedangkan jenis robusta kisaran Rp5.000 sampai Rp6.000 per kilogram.
"Setelah diolah sendiri, arabika per kilonya dijual Rp160 ribu sampai Rp200 ribu. Sementara robusta sekitar Rp100 ribu sampai Rp160 ribu," katanya.