Kualasimpang, Aceh (Antarasumsel.com) - Pihak PT Pertamina EP mengemukakan penerapan energi listrik alternatif dari pohon kedondong (Spondias Pinnata) hasil temuan Naufal Raziq, siswa MTsN Kota Langsa, Provinsi Aceh, masih perlu kajian komprehensif agar dapat digunakan secara optimal.
Public and Relation Manager PT Pertamina EP Pusat, Muhammad Baron kepada wartawan di Kualasimpang, Kamis menyatakan, temuan energi listrik terapan itu perlu didukung pengembangannya, sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
"Kita sudah melakukannya di Yayasan Merdeka (YAMA) di Desa Tampur Paloh, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur sebagai tempat riset dan pengembangan pertama sekali kita buat, sebab wilayah ini desa terpencil," tegas dia.
PT Pertamina (Persero) yang juga merupakan operator migas berkontrak kerjasama dengan Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas senantiasa mendukung ketahanan energi nasional dengan memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan masyarakat.
Di antaranya penemuan energi listrik alternatif oleh Naufal yang berhasil menyabet penghargaan dalam ajang Teknologi Tepat Guna (TTG) di Provinsi Aceh, disambut baik oleh PT Pertamina EP sebagai bentuk peduli terhadap pengembangan energi listrik alternatif peruntukkan wilayah terpencil di Aceh.
Begitupun, ujar Baron; pengembangan energi listrik alternatif pohon kedondong ini tidaklah semudah memasang listrik elektrik, sebab perlu penelitian lebih lanjut terhadap unsur hara tanah, iklim dan topografi wilayah, mengingat energi ini berasal dari kambium zat asam pohon itu yang dapat berasimililasi dengan iklim yang berbeda untuk dapat berkembang biak.
"Pada awalnya pihak PT Pertamina EP membantu Desa Tampur Paloh melalui program pendidikan di Sekolah Anak Merdeka berupa bangunan sekolah dan perpustakaan," ujar dia.
Melihat kondisi penerangan di desa tersebut hanya mengandalkan genset sebagai sumber listrik, maka PT Pertamina EP melalui program pengembangan masyarakatnya, menerapkan temuan Naufal sebagai energi alternatif dari pohon kedondong untuk menerangi kegiatan belajar di sekolah tersebut, katanya.
Dengan penerapan penerangan di sekolah, masyarakat sekitar pun mempunyai keinginan agar temuan tersebut dapat diterapkan pada rumah tinggal.
Pertamina EP mempunyai semangat untuk melibatkan masyarakat sehingga pada awal April 2017 dilakukan pelatihan di kelompok masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan mengenai cara pembuatan, pemasangan, dan pemeliharaan sehingga masyarakat dapat mandiri nantinya.
Saat ini, Perusahaan telah menyediakan elektroda dan wadah pembelajaran bagi masyarakat melalui "Bengkel Tree Energy". Di sini masyarakat dapat mempelajari penerapan pohon energi dan pemeliharaannya.
"Pada saat pelatihan, kami juga memberikan satu unit genset untuk memasang instalasi elektroda pada pohon energi," katanya.
Bantuan dan penelitian dari banyak pihak seperti Litbang ESDM dan BPPT saat ini sangat membantu agar energi alternatif untuk penerangan dapat stabil dan berguna bagi masyarakat luas tidak hanya di Tampur Paloh.
Energi alternatif ini memang belum bisa menggantikan kebutuhan masyarakat atas listrik untuk kebutuhan sehari-hari, katanya.
Menurut Muhammad Baron, penemuan Naufal ini masih terus diuji coba dan masih perlu pengembangan, karena daya listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kadar asam pohon kedondong, yang juga dipengaruhi oleh kondisi alam, cuaca, dan pohon itu sendiri.
"Kami mengapresiasi temuan Naufal ini dengan membantu mengembangkan dan mengaplikasikan ke masyarakat yang membutuhkan, hasil karya anak bangsa ini harus kita dukung," katanya.