Kutacane, Aceh Tenggara (Antarasumsel.com) - Di antara dua jenis kopi yang tumbuh subur pada daerah dataran tinggi yakni arabika dan robusta di Aceh, teryata kopi robusta menguasai pasar di Kabupaten Aceh Tenggara sejak lama.
"Dulunya di Aceh Tenggara sejak zaman penjajahan Belanda, diwajibkan untuk tanam paksa kopi. Jadi, sampai sekarang pun, kopi robusta jadi 'raja' di sini," ucap Udin (50), pedagang kopi di Simpang Semadam, Aceh Tenggara, Kamis.
Ia mengaku, dalam sepekan bisa memasarkan kopi jenis robusta bagi masyarakat tempatan mencapai 50 kilogram dengan harga Rp45 ribu per kilogram.
Selain masyarakat setempat, katanya, pembeli juga berasal dari provinsi tetangga seperti Sumatera Utara, hingga dibawa oleh pelancong ke negeri asalnya yakni Malaysia.
Menurutnya, kopi jenis robusta yang diolahnya, lalu dipasarkan lagi merupakan kopi asli dengan bahan baku berasal daerah tetangga Kabupaten Gayo Lues.
"Kalau dari Gayo Lues, kita dapat jual dengan harga segitu. Tapi dari daerah lain, tidak bisa. Yang terpenting, kita jaga cita rasa keaslian kopi robusta itu," terangnya.
Ahai (55), pemilik warung kopi di Kutacane mengutarakan, tidak kurang dari 19 kilogram bubuk kopi jenis robusta dinikmati oleh para pembeli dengan cara diminum.
Lazimnya, para pedangang warung kopi di Aceh Tenggara menjual kopi robusta dengan harga Rp2 ribu sampai Rp3 ribu per gelas, dan Rp4 ribu hingga Rp5 ribu untuk satu gelas dengan ukuran besar.
"Ada juga pembeli, ingin beli bubuk kopinya saja. Ya, kita layani juga dengan harga Rp60 ribu per kilogram," tuturnya.
Dia mengatakan, jika kopi jenis arabika dari dataran tinggi seperti di Kabupaten Aceh Tengah, dan Kabupaten Bener Meriah kurang disukai oleh penikmat kopi di daerah tersebut.
"Kalau kopi ateng (arabika), kurang disenangi oleh warga di sini. Padahal di daerah lain seperti Kota Medan, itu justru paling dicari," bebernya.
Kabupaten Aceh Tenggara yang terletak pada daerah pergunungan Leuser dengan ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, mulai menggalakkan kembali tanaman kopi dalam setahun terakhir.
Area yang dimanfaatkan bagi petani setempat untuk membudidayakan tanaman kopi yakni di Kecamatan Tanah Alas karena daerah dataran tinginya selama ini cenderung untuk tanaman kakao, karet, dan kemiri.
"Kami lihat harga kopi, selalu stabil dan ini merupakan sebuah peluang. Di daerah ini, sudah banyak yang mulai tanam kopi," kata Harman (37), petani di Desa Batumbulan.
Berita Terkait
Kopi robusta Lahat tersertifikasi indikasi geografis
Minggu, 6 Oktober 2024 6:04 Wib
54 Indikasi Geografis jenis kopi terdaftar di DJKI Kemenkumham
Sabtu, 20 Juli 2024 19:00 Wib
Kopi robusta Lahat dalam pemeriksaan substantif indikasi geografis
Kamis, 18 Juli 2024 7:17 Wib
Mendag: Kopi robusta Lampung Barat komoditas ekspor terkenal di dunia
Kamis, 25 Januari 2024 16:45 Wib
Harga biji kopi robusta melonjak
Sabtu, 3 Juni 2023 21:59 Wib
Polisi tangkap penjual burung beo nias di Palembang
Jumat, 17 Juni 2022 20:24 Wib
Pemkot Pagaralam dorong petani kopi kembangkan tanaman sela
Selasa, 28 Desember 2021 18:28 Wib
Bocah berusia 9 tahun hanyut di saluran penghubung Robusta Jakarta Timur
Senin, 1 November 2021 20:32 Wib