Dengan alat ini, para peneliti dapat mengetahui kemana hiu paus bergerak, dimana habitat pentingnya hingga berapa lama mereka menetap di satu wilayah.
“Dalam pengelolaan kawasan konservasi, pergerakan hiu paus dari penanda satelit ini dapat menjadi data untuk kami membuat strategi dalam melindungi habitat kritis mereka secara efektif. Selain memiliki GPS, penanda satelit ini juga dilengkapi dengan sensor suhu dan kedalaman, artinya kami dapat mengetahui seberapa dalam mereka menyelam dan seberapa lama mereka di kedalaman tertentu,” ungkap Iqbal.
Ekspedisi Teluk Saleh
Dalam kesempatan yang sama, beberapa peneliti konservasi Indonesia dari Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, BPSPL Denpasar, IPB University, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pusat Riset Oseanografi BRIN, Balai Riset Perikanan Laut, dan Elasmobranch Indonesia Institute juga melanjutkan kegiatan ekspedisi Teluk Saleh.
Ekspedisi ini bertujuan untuk menetapkan data dasar keanekaragaman hayati, ekosistem, habitat penting dan konektivitas hiu paus dalam pengembangan kawasan konservasi hiu paus di Teluk Saleh.
Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengungkap tingginya keanekaragaman ikan karang di Teluk Saleh, dengan 560 spesies yang teramati, beberapa diantaranya berpotensi sebagai spesies baru.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KI ajak Prilly pasang satelit ke hiu paus di teluk Saleh NTB