Singapura, kata dia, secara geopolitik menjadi menarik karena menjadi melting pot atau "kuali peleburan" bagi banyak kebudayaan Asia.
"Diskursus kepemilikan budaya seperti batik, tarian dan sejenisnya akan bisa kita dominasi jika kita menunjukkan bagaimana kita sebagai bangsa mempergunakan, mempraktikkan dan melestarikan seni tradisi itu secara konsisten dan maksimal," papar Igak.
Menurut dia, Kemdikbudristek sudah meluncurkan dana kebudayaan yang akan membantu pengiriman dan kegiatan kebudayaan di luar negeri.
Tim Rampoe UGM juga terpilih untuk tampil secara khusus dalam Gala Penutupan Festival sebagai Kategori Tari Rakyat Terbaik Festival Seni Asia ke-10 di depan juri serta undangan dari pemerintah, kedutaan besar dan lembaga kebudayaan Singapura.
Gandrung Dance Studio mengirimkan 28 penari untuk berlaga dalam beberapa kategori.
Tim penari tersebut membawakan beberapa tarian tradisional Sunda, Bali, Jawa, Sumatra dan Sulawesi pada ketagori kelompok dan solo.
Sedangkan Tim Rampoe UGM menampilkan tari Ratoeh Pukat yang mengkombinasikan tari Ratoeh Jaroe dan Tarek Pukat.
Festival Seni Asia digelar sejak 2013 dan secara akumulatif telah menampilkan 2.600 seniman muda dari 20 negara, tidak hanya dari Asia, tapi juga Jerman, Rusia, Skotlandia, Selandia Baru, negara-negara Eropa lainya, dan Amerika.