Sekayu, Sumsel (ANTARA) - Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Provinsi Sumatera Selatan memiliki inovasi yang khas model pendampingan sawit rakyat sehingga memberikan nilai tambah serta pemasaran yang terjaga.
"Inovasi model pendampingan sawit rakyat swadaya program peremajaan sawit rakyat di Musi Banyuasin adalah penguatan dari hulu ke hilir," kata Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir di Sekayu, Muba, Selasa.
Dengan model dan strategi itu menjadikan para pekebun atau petani sawit rakyat mandiri dan berdaulat.
Menurut Akhmad Toyibir, pelaku usaha kelapa sawit swadaya merasa sangat senang berdampak secara langsung dalam membangun dan mengelola kebun sangat baik. Selain itu berhasil sangat memuaskan meskipun tanaman baru produksi namun dapat meningkatkan pendapatan.
Selain itu memberikan dampak secara tidak langsung yakni efek adanya perputaran uang meningkatkan pendapatan upah bagi para buruh atau pekerja kebun dan masyarakat di desa-kecamatan wilayah Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Dampaknya terutama dalam meningkatkan daya beli serta menopang perekonomian bagi masyarakat daerah itu.
Lebih lanjut Plh Kepala Dinas Perkebunan Muba itu menyebutkan perkembangan terkini peremajaan sawit rakyat Muba dari tahun 2017-2022 yakni memiliki luas capaian rekomtek seluas 19.186 hektar, luas tanam 16.642 hektar, dan luas tanaman menghasilkan 8.732 hektar.
Sementara Produktifitas mencapai 19-21 ton tandan buah segar (TBS) per hektare, jumlah lembaga pekebun swadaya 39 lembaga pekebun, dan total pekebun 7.408 orang .
Ia menambahkan, pendapatan pekebun yakni pendapatan bersih rata-rata Rp8 Juta per kapling setiap bulan.
"Dan pendapatan tertinggi Rp13 Juta per kapling dengan umur tanaman 60 bulan," katanya menambahkan.