Bebek Songkem binaan Medco E&P menjadi bisnis waralaba
Alhamdulillah, kami kini mampu memproduksi sekitar 300 ekor bebek lebih setiap hari, dan mengirimnya ke daerah sekitar di luar Pulau Madura seperti Surabaya, Pasuruan dan sekitarnya
Palembang (ANTARA) - PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P) kembali berpartisipasi dalam Forum Kapasitas Nasional II 2022 di Jakarta, kali ini menampilkan ‘Bebek Songkem’, produk kuliner tradisional khas Sampang yang rendah lemak dari warga binaan Medco E&P yang kini telah berkembang menjadi bisnis waralaba.
Dalam siaran pers Medco E&P yang diterima di Palembang, Kamis, menjelaskan bebek songkem adalah produk kuliner khas Sampang yang pembuatannya melibatkan 25 warga perempuan di Camplong, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Forum ini merupakan pembuktian hasil kerja kerja sama masyarakat dengan para industri hulu migas dan khususnya Medco E&P untuk bersama sama mengembangkan ekonomi daerah.
Pada sela-sela kegiatan Forum Kapnas yang berlangsung pada 27-28 Juli 2022 dilangsungkan penandatanganan Momerandum of Understanding (MoU) antara Salim, Pemilik Bebek Songkem dengan salah satu pembeli waralaba yaitu Direktur Utama salah satu perusahaan nasional yang ikut berpartisipasi dalam forum ini.
Penandatanganan ini dalam upaya Medco melakukan pembinaan UMKM menjadi mandiri salah satunya dengan pengembangan usaha bebek yang bermula dari industri rumahan menjadi bisnis waralaba.
Produksi Bebek Songkem bermula dari usaha Salim, warga Camplong, yang memiliki resep pengolahan bebek secara turun temurun. Salim sebelumnya adalah pengayuh becak di desa. Bermodalkan resep warisan keluarga dan tekad kuat untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Salim banting setir. Dia mencoba peruntungan dan dengan bimbingan Medco E&P dan SKK Migas, mengembangkan Bebek Songkem.
“Alhamdulillah, kami kini mampu memproduksi sekitar 300 ekor bebek lebih setiap hari, dan mengirimnya ke daerah sekitar di luar Pulau Madura seperti Surabaya, Pasuruan dan sekitarnya,” ujar Salim.
Minat ‘Franchise’
Bebek Songkem adalah varian lain di Sampang, Madura, yang pada pengolaannya, bebek dibungkus dengan daun pisang dan dikukus selama iga jam agar mencapai keempukan yang diinginkan. Sekaligus, dengan teknis pengolahan ini, Salim meng-claim kadar lemak bebek cenderung rendah, karena telah hancur saat proses pengukusan.
“Dengan kata lain Bebek Songkem merupakan jenis makanan rendah lemak”, jelasnya.
Menurut Salim, bagi masyarakat yang berminat ikut dalam bisnis bebek songkem, bisa menyisihkan Rp 15 juta untuk lima tahun sebagai pembayaran biaya franchise. Pembelian bebek tidak ada jumlah minimum dan langsung dikirim dari Madura dalam bentuk frozen serta sudah berbumbu matang (seperti ungkep).
Bebek tersebut dimasak khas Songkem Salim, yaitu diungkep 3 jam dengan daun pisang sebagai pembungkusnya. “Franchise kami telah belasan lokasi dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia” ujar Salim. (Rel/I016)
Dalam siaran pers Medco E&P yang diterima di Palembang, Kamis, menjelaskan bebek songkem adalah produk kuliner khas Sampang yang pembuatannya melibatkan 25 warga perempuan di Camplong, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Forum ini merupakan pembuktian hasil kerja kerja sama masyarakat dengan para industri hulu migas dan khususnya Medco E&P untuk bersama sama mengembangkan ekonomi daerah.
Pada sela-sela kegiatan Forum Kapnas yang berlangsung pada 27-28 Juli 2022 dilangsungkan penandatanganan Momerandum of Understanding (MoU) antara Salim, Pemilik Bebek Songkem dengan salah satu pembeli waralaba yaitu Direktur Utama salah satu perusahaan nasional yang ikut berpartisipasi dalam forum ini.
Penandatanganan ini dalam upaya Medco melakukan pembinaan UMKM menjadi mandiri salah satunya dengan pengembangan usaha bebek yang bermula dari industri rumahan menjadi bisnis waralaba.
Produksi Bebek Songkem bermula dari usaha Salim, warga Camplong, yang memiliki resep pengolahan bebek secara turun temurun. Salim sebelumnya adalah pengayuh becak di desa. Bermodalkan resep warisan keluarga dan tekad kuat untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Salim banting setir. Dia mencoba peruntungan dan dengan bimbingan Medco E&P dan SKK Migas, mengembangkan Bebek Songkem.
“Alhamdulillah, kami kini mampu memproduksi sekitar 300 ekor bebek lebih setiap hari, dan mengirimnya ke daerah sekitar di luar Pulau Madura seperti Surabaya, Pasuruan dan sekitarnya,” ujar Salim.
Minat ‘Franchise’
Bebek Songkem adalah varian lain di Sampang, Madura, yang pada pengolaannya, bebek dibungkus dengan daun pisang dan dikukus selama iga jam agar mencapai keempukan yang diinginkan. Sekaligus, dengan teknis pengolahan ini, Salim meng-claim kadar lemak bebek cenderung rendah, karena telah hancur saat proses pengukusan.
“Dengan kata lain Bebek Songkem merupakan jenis makanan rendah lemak”, jelasnya.
Menurut Salim, bagi masyarakat yang berminat ikut dalam bisnis bebek songkem, bisa menyisihkan Rp 15 juta untuk lima tahun sebagai pembayaran biaya franchise. Pembelian bebek tidak ada jumlah minimum dan langsung dikirim dari Madura dalam bentuk frozen serta sudah berbumbu matang (seperti ungkep).
Bebek tersebut dimasak khas Songkem Salim, yaitu diungkep 3 jam dengan daun pisang sebagai pembungkusnya. “Franchise kami telah belasan lokasi dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia” ujar Salim. (Rel/I016)