Didepak Ukraina, Kulusevski bilang Swedia rasakan kejamnya sepak bola
Jakarta (ANTARA) - Penyerang tim nasional Swedia Dejan Kulusevski mengatakan ia dan rekan-rekannya merasakan kejamnya sepak bola saat didepak Ukraina dari Euro 2020 seusai kalah dramatis 1-2 dalam laga 16 besar di Glasgow, Selasa waktu setempat (Rabu WIB).
Swedia harus kehilangan satu pemain setelah kartu merah Marcus Danielsson pada awal babak tambahan pertama dan kebobolan gol penentu kekalahan tepat di pengujung babak tambahan kedua.
"Seharusnya tidak berakhir seperti ini. Semalam saya bilang, 'sepak bola itu kejam', ketika menonton Prancis. Hari ini kami mengalami itu. Sepak bola memberi banyak hal, tapi merampas lebih banyak lagi," kata Kulusevski kepada TV4 selepas laga dikutip dari UEFA.
"Kami menciptakan cukup peluang untuk menang di waktu normal. Saya sempat berharap kami bisa bertahan hingga adu penalti, tapi mereka mencetak gol di pengujung babak tambahan, rasanya seperti pisau yang menancap di ulu hati," ujarnya menambahkan.
Hal senada diutarakan sang kapten Emil Forsberg yang melanjutkan kesuburannya, mencetak gol penyeimbang bagi Swedia di babak pertama.
"Saya lebih memilih tidak mencetak gol asal kami lolos. Ini sangat menyedihkan, kami punya target lebih jauh," katanya.
"Tentu saja sulit memainkan babak tambahan dengan jumlah pemain yang timpang. Kami berjuang bersama-sama dan berjanji pantang menyerah. Lantas di serangan terakhir, sebuah umpan silang dan sundulan menjadi gol untuk mereka. Sangat sulit diterima," ujar Forsberg melengkapi.
Swedia untuk pertama kalinya lolos kembali meloloskan diri ke babak gugur Euro setelah selalu terhenti di fase penyisihan grup sejak edisi 2004.
Sayangnya raihan positif itu berakhir secara tragis karena gol pengujung laga Artem Dovbyk.
Swedia harus kehilangan satu pemain setelah kartu merah Marcus Danielsson pada awal babak tambahan pertama dan kebobolan gol penentu kekalahan tepat di pengujung babak tambahan kedua.
"Seharusnya tidak berakhir seperti ini. Semalam saya bilang, 'sepak bola itu kejam', ketika menonton Prancis. Hari ini kami mengalami itu. Sepak bola memberi banyak hal, tapi merampas lebih banyak lagi," kata Kulusevski kepada TV4 selepas laga dikutip dari UEFA.
"Kami menciptakan cukup peluang untuk menang di waktu normal. Saya sempat berharap kami bisa bertahan hingga adu penalti, tapi mereka mencetak gol di pengujung babak tambahan, rasanya seperti pisau yang menancap di ulu hati," ujarnya menambahkan.
Hal senada diutarakan sang kapten Emil Forsberg yang melanjutkan kesuburannya, mencetak gol penyeimbang bagi Swedia di babak pertama.
"Saya lebih memilih tidak mencetak gol asal kami lolos. Ini sangat menyedihkan, kami punya target lebih jauh," katanya.
"Tentu saja sulit memainkan babak tambahan dengan jumlah pemain yang timpang. Kami berjuang bersama-sama dan berjanji pantang menyerah. Lantas di serangan terakhir, sebuah umpan silang dan sundulan menjadi gol untuk mereka. Sangat sulit diterima," ujar Forsberg melengkapi.
Swedia untuk pertama kalinya lolos kembali meloloskan diri ke babak gugur Euro setelah selalu terhenti di fase penyisihan grup sejak edisi 2004.
Sayangnya raihan positif itu berakhir secara tragis karena gol pengujung laga Artem Dovbyk.