Jakarta (ANTARA) - Demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, selain COVID-19.
Namun, keduanya memiliki perbedaan gejala awal salah satunya demam, menurut dr. Vito Anggarino Damay Sp. JP (K) kepada ANTARA belum lama ini.
Laman Mayo Clinic mencatat, DBD merupakan kondisi demam dengue yang lebih parah.
Baca juga: Saat pandemi COVID-19 masyarakat juga harus waspada DBD
Gejala umum demam dengue antara lain diawali demam tinggi (di atas 40 derajat Celcius) selama empat hingga tujuh hari setelah digigit nyamuk, sakit kepala hebat, nyeri otot dan sendi, mual serta muntah.
"Sakit kepala sekali sampai sakit pada bagian belakang mata. Nyeri otot dan sendi parah, mual dan muntah," kata Vito.
Tanda berwarna merah biasanya baru muncul di seluruh tubuh tiga sampai empat hari setelah demam, kemudian berkurang setelah satu hingga dua hari.
Sementara itu, DBD umumnya memiliki gejala yang mirip dengan demam dengue seperti demam dan ditambah muntah terus-menerus, sakit perut, perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit sehingga menyebabkan memar keunguan.
"Selama sekitar sehari dua hari selanjutnya, kapiler darah di seluruh tubuh mulai merembeskan cairan mengalir dan membanjiri rongga perut," tutur Vito.
Cairan juga bisa mengalir ke rongga paru-paru hingga menyebabkan sesak napas, atau terjadi kerusakan pada kelenjar getah bening dan pembesaran hati hingga dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.
Segeralah berkonsultasi dengan dokter jika demam tak kunjung turun dan gejala demam dengue mulai muncul untuk mendapatkan pengobatan.
Setelah pulih dari demam dengue, Anda memiliki kekebalan terhadap jenis virus yang menginfeksi Anda - tetapi tidak terhadap tiga jenis virus demam berdarah lainnya.
Demam dengue disebabkan satu dari empat tipe virus dengue yang ditularkan nyamuk di dekat tempat tinggal manusia. Selain itu, risiko DBD sebenarnya meningkat jika Anda terinfeksi untuk yang kedua, ketiga atau keempat kalinya.
Baca juga: IDI ingatkan DBD bisa perparah kondisi pasien COVID-19 karena imunitas tubuh menurun
Baca juga: Dinkes OKU imbau masyarakat waspadai DBD
Baca juga: Kasus penyakit demam berdarah di Rejang Lebong meningkat
Berita Terkait
Dinkes Sumsel antisipasi lonjakan kasus DBD
Rabu, 20 November 2024 6:03 Wib
Dinkes Sumsel hadirkan program kawasan bebas jentik di sekolah
Jumat, 15 November 2024 19:30 Wib
Dinkes OKU imbau warga waspada DBD di musim penghujan
Senin, 11 November 2024 20:30 Wib
Hingga November 2024, Dinkes Sumsel deteksi 5.243 kasus DBD
Jumat, 8 November 2024 9:01 Wib
Pj Wako Palembang ingatkan warga tingkatkan PHBS di musim hujan
Kamis, 7 November 2024 20:00 Wib
Memahami fase perjalanan klinis DBD bantu selamatkan nyawa
Selasa, 16 Juli 2024 10:49 Wib
Dinkes Palembang gelar fogging gratis
Jumat, 12 Juli 2024 20:30 Wib
Kiat jaga kesehatan ketika memasuki masa pancaroba
Minggu, 7 Juli 2024 18:58 Wib