Bukit Asam raup laba Rp1 triliun di tengah pandemi COVID-19

id Bukit Asam,PT BA,PT Bukit Asam,kinerja PTBA,PTBA Tbk,PT Bukit Asam Tbk,BUMN PTBA,kinerja triwulan I/2020 PTBA,COVID-19,P

Bukit Asam raup laba Rp1 triliun di tengah pandemi COVID-19

Alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk. di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan, Sabtu (5/11). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/kye/16)

Palembang (ANTARA) - PT Bukit Asam Tbk (Persero) meraup laba Rp1 triliun lebih di tengah mewabahnya virus corona COVID-19 dan melemahnya harga serta permintaan batu bara.

Rilis pers diterima ANTARA terkait kinerja triwulan I 2020, Jumat, PT Bukit Asam (PTBA) mencatatkan terjadi peningkatan penjualan batu bara sepanjang periode tersebut sebesar 2,1 persen atau naik dari 6,6 juta ton menjadi 6,8 juta ton jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Walaupun untuk volume produksi mengalami sedikit kontraksi sekitar 2,8 persen yang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi khususnya pada awal tahun, tapi perusahaan tetap membukukan kinerja positif.

Sementara itu untuk angkutan batu bara dengan menggunakan kereta api mengalami peningkatan sebesar 12,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni dari 5,8 juta ton menjadi 6,5 juta ton.

Pencapaian perseroan ini tak lepas dari strategi manajemen dalam melakukan efisiensi yang berkelanjutan di semua lini dan mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Vietnam dan sejumlah negara Asia lainnya di tengah fluktuasi harga batu bara acuan (HBA).

Strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke pasar premium juga menyokong pencapaian ini.

Sementara itu, pendapatan usaha mencapai Rp5,1 triliun sepanjang triwulan I tahun 2020, yang terdiri atas pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar Rp3,3 triliun, penjualan batu bara ekspor sebesar Rp1,8 triliun dan aktivitas lainnya sebesar Rp87,2 miliar yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.

Pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 3,9 persen menjadi Rp741.845,-/ton dari Rp772.058,-/ton di triwulan I 2019.

Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan harga batu bara Newcastle sebesar 29,5 persen maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index / ICI) GAR 5000 sebesar 6,9% dibandingkan harga rata-rata triwulan I 2019.

Beban pokok penjualan sepanjang triwulan I 2020 ini tercatat senilai Rp3,6 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 1,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini seiring dengan kenaikan volume penjualan serta peningkatan volume angkutan batu bara dan kenaikan biaya jasa penambangan terkait dengan peningkatan kurs dan jarak angkut pada triwulan I 2020 dibandingkan dengan triwulan I 2019.

Laba usaha Rp1 triliun

Dengan gambaran pendapatan dan peningkatan beban pokok penjualan serta beban usaha itu, laba usaha perseroan masih bisa mencapai Rp1,08 triliun.

Kemudian diiringi dengan tercapainya EBITDA Rp1,5 triliun dan pencapaian laba bersih senilai Rp903,2 miliar.

Aset Perseroan per 31 Maret 2020 mencapai Rp27,7 triliun dengan komposisi terbesar pada kas setara kas serta deposito dengan jangka waktu di atas 3 bulan yang dimiliki oleh perseroan sebesar Rp8,1 triliun (29,2 persen) dan aset tetap sebesar Rp7,5 triliun (27,1 persen).

Total liabilitas perseroan per 31 Maret 2020 sebesar Rp7,8 triliun. Total liabilitas tersebut naik dibandingkan liabilitas per 31 Desember 2019. Hal ini disebabkan adanya kenaikan liabilitas jangka panjang sebesar 11,2 persen dari realisasi triwulan I tahun 2019.

Dengan adanya peningkatan posisi kas dan setara kas menyebabkan cash ratio terhadap liabilitas jangka pendek perseroan menjadi 167,4 persen, yang berarti perseroan memiliki likuiditas yang kuat atau sangat mampu memenuhi liabilitas jangka pendek tepat waktu.

Pencapaian tersebut merupakan hasil dari strategi efisiensi yang diterapkan oleh PTBA dalam menghadapi volatilitas harga batu dan kecenderungan berkurangnya permintaan pasokan batu bara.

Beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA pada kuartal pertama 2020 adalah secara operasional melakukan upaya penurunan HPP melalui penerapan optimasi biaya jasa penambangan.

Cara ini dilakukan dengan menekan stripping ratio dan jarak angkut yang paling optimal, optimasi jam jalan alat dan penghematan BBM.

Saat ini PTBA juga tengah melakukan upaya negosiasi tarif dengan beberapa mitra kerja utama.

Sasaran Tahun 2020

Pandemi COVID-19 yang terjadi mulai dari akhir tahun 2019 belum memberikan dampak yang signifikan bagi perusahaan yang memiliki wilayah penambangan di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini pada triwulan I 2020.

Namun memasuki periode triwulan II, dampak dari semakin meluasnya penyebaran COVID-19 mulai dirasakan oleh Perseroan.

Hal ini diindikasikan dari berkurangnya permintaan pasokan batu bara dari pasar ekspor maupun domestik.

Menyikapi hal tersebut PTBA saat ini sedang mempersiapkan revisi target dan racikan strategi yang tepat guna mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang diprediksi akan terjadi ke depan.

Info lebih lanjut perihal ini akan disampaikan kembali pada saat rilis kinerja triwulan II mendatang.

Sebelumnya, perseroan merencanakan produksi batu bara sebesar 30,3 juta ton FY2020 atau naik 4 persen dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 29,1 juta ton. Sedangkan target angkutan pada 2020 menjadi 27,5 juta ton atau meningkat 13 persen dari realisasi angkutan kereta api FY2019.

Sedangkan untuk volume penjualan batu bara FY2020, perseroan menargetkan untuk meningkatkannya menjadi 29,9 juta ton, yang terdiri dari penjualan batu bara domestik sebesar 21,7 juta ton dan penjualan batu bara ekspor sebesar 8,2 juta ton atau secara total sebesar 29,9 juta ton, meningkat 8 persen dari realisasi penjualan batu bara FY2019.