Pekanbaru (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi lonjakan titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau.
"Hari ini ada 14 titik panas yang sebagian besar menyebar di Utara Riau," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru Yasir Prayuna di Pekanbaru, Ahad.
Yasir menjelaskan titik panas mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen yang terdeteksi satelit Terra dan Aqua itu menyebar di Bengkalis, Dumai dan Indragiri Hilir masing-masing tiga titik, selanjutnya Pelalawan dan Meranti dua titik serta Siak satu titik panas.
Dari 14 titik itu, Yasir mengatakan lima diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat Karhutla dengan tingkat kepercayaan 70 persen hingga 100 persen. Titik api menyebar di Dumai dua titik, Indragiri Hilir dua titik serta Bengkalis satu titik api.
Menurut Yasir, kemunculan titik api itu menjadi indikasi bahwa Riau tengah mengalami peralihan musim dari hujan ke musim kering atau kemarau. Dia menjelaskan Riau akan segera memasuki fase pertama musim kemarau pada pertengahan Januari hingga Februari 2020 mendatang.
"Wilayah pesisir atau utara Riau terlebih dahulu memasuki peralihan musim kemarau dan nanti akan merata hingga Februari," ujarnya.
Kemunculan titik-titik panas mulai terdeteksi sejak 1 Januari lalu. Hingga memasuki tiga hari pertama Januari 2020 ini saja, sejumlah titik-titik panas yang menjadi indikasi Karhutla terus bermunculan. Hanya saja, pada Ahad ini merupakan yang terbanyak.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead pada medio Desember 2019 lalu juga telah memprediksi Provinsi Riau akan mengalami kemarau panjang hingga tujuh bulan lamanya pada 2020 ini.
"Berdasarkan catatan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) bahwa pada 2020 khusus di Riau diperkirakan akan ada tujuh bulan musim kemarau. Dari 12 bulan hanya lima bulan basah, selebihnya kering," katanya.*