Genjot pendapatan, desa nelayan Sungsang kembangkan ekowisata

id desa,pariwisata,ekowisata,nelayan

Genjot pendapatan, desa nelayan Sungsang kembangkan  ekowisata

Desa Wisata di Desa Sungsang IV, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (ANTARA/HO/19)

Palembang (ANTARA) - Warga di desa nelayan Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, tertarik mengembangkan potensi pariwisata melalui ekowisata untuk menopang pendapatan selain melaut.

Kepala Desa Sungsang IV Romi Adi Candra, Rabu, mengatakan di tengah keadaan hasil tangkapan ikan yang mulai berkurang maka dibutuhkan sektor baru yang dapat dijadikan sumber pendapatan.

“Tahun depan, kami akan mengoperasionalkan kapal wisata yang dikelola BUMDes sebagai salah satu daya tarik,” kata dia.

Selain memiliki daya tarik tradisi dan budaya yang unik, desa tersebut juga bisa menjadi persinggahan bagi pelancong yang hendak menyaksikan burung migran dari Siberia di Taman Nasional Berbak—Sembilang.

“Setiap bulan Oktober sampai Februari burung migran dari Siberia itu mencari makan di pesisir Sembilang, dan fenomena itu sudah menarik minat wisatawan,” kata dia.

Menurut Romi, untuk menempuh Sembilang dari Desa Sungsang membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan kendaraan speed boat.

Sebagai desa persinggahan, warga pun telah berpikir kreatif dengan menyediakan homestay untuk wisatawan. Saat ini terdapat sekitar 9 rumah warga yang siap menjadi penginapan untuk pelancong.

Tak hanya itu, ia menambahkan, pengembangan wisata juga membuka peluang untuk nelayan mengolah panennya.

Warga juga kini membuat makanan olahan dari ikan dan udang. Hasil tangkapan itu diolah menjadi kerupuk, terasi dan pempek khas Sungsang yang sudah cukup tenar, kata dia.

Sementara itu, Camat Banyuasin II Salinan mengatakan terdapat 5 desa di kecamatan itu yang terletak di pesisir pantai Sumatra itu.

“Selain Desa Sungsang IV, ada Desa Sungsang I, Sungsang II, Sungsang III dan Marga Sungsang. Ini berada dalam satu hamparan dan berpotensi semua menjadi desa wisata,” kata dia.

Menurut Salinan, pendapatan nelayan di Sungsang memang mulai berkurang seiring kendala di laut. “Di samping cuaca, yang menangkap dengan alat canggih lebih banyak jadi saingannya pun banyak,” kata dia.

Untuk mengembangkan ekowisata di Sungsang, kata Salinan, warga desa pun telah menggunakan dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat. Salah satunya, anggaran tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur dan pengelolaan sampah.

Ia mengatakan pihak desa juga tak sendiri mengembangkan pariwisata, sejumlah pihak turut terlibat mendukung konsep ekowisata di Sungsang dan Sembilang.

Deputi Direktur Kelola Sendang-ZSL Indonesia, David Ardian, mengatakan pihaknya telah mendukung ekowisata Sungsang sejak satu tahun lalu.

“Tepatnya saat dicanangkannya Taman Nasional Berbak-Sembilang. Desa Sungsang merupakan ujung tombak dari wisata yang mencakup taman nasional tersebut,” kata dia.