Palembang (ANTARA) - Sektor pariwisata di Kota Palembang terdampak negatif akibat kondisi asap selama September - Oktober 2019 yang menurunkan jumlah pengunjung serta omset pengelola wisata dan hunian hotel.
Kepala Dinas Kota Palembang, Isnaini Madani, Kamis, mengatakan dampak akibat menurunnya jumlah kunjungan memang ada, namun tidak terlalu besar.
"Dampaknya pasti ada, tapi faktor harga tiket pesawat masih lebih berpengaruh terhadap menurunnya jumlah kunjungan yang jika dikalkulasikan bisa sampai sekitar 60 persen," ujar Isnaini.
Seperti fenomena naiknya tiket pesawat, Pemkot Palembang juga tidak bisa berbuat banyak menghadapi dampak asap karena Kota Palembang hanya menerima kiriman asap dari wilayah terpapar karhutla di OKI (Ogan Komering Ilir).
Salah seorang pengelola wisata taman burung (Bird Park), Deti Herlina, mengatakan penurunan pengunjung paling banyak terasa dari segmen siswa, sebab sekolah-sekolah mengurangi aktifitas di luar ruangan.
"Penurunan paling terasa mulai pertengahan Oktober saat asap mulai masuk Palembang hampir setiap hari terutama pada pagi hari, banyak sekolah yang sudah membukukan pesanan terpaksa membatalkannya dengan alasan kesehatan siswa," jelas Deti.
Akibatnya, omset taman burung mengalami penurunan hingga 50 persen selama Oktober 2019, beruntungnya asap tidak berdampak pada burung-burung dan hewan lain yang ada di dalam kawasan tersebut meski jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi kebakaran lahan di perbatasan Kabupaten Ogan Ilir.
"Normalnya bisa sampai 200 pengunjung pada hari kerja, namun sejak ada asap jadi hanya 100 pengunjung, kecuali hari libur nampaknya masih lebih dari 200 pengunjung," demikian Deti.
Sementara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika sudah memprediksi bahwa asap akibat karhutla segera hilang seiring masuknya musim hujan di wilayah Sumatera Selatan pada dasarian kedua November 2019.