Depok (ANTARA) - Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia mengembangkan potensi ekowisata di kampung nelayan Bungin, Bekasi, Jawa Barat, yaitu dengan penataan pantai, usaha Bandeng rorod khas Bungin, daur ulang sampah, jaring ikan nelayan dan BBM untuk perahu nelayan.
"Untuk mendukung pengembangan usaha mikro yang dijalankan oleh warga Kampung Bungin, tim pengmas UI memberikan pelatihan usaha dan pinjaman modal usaha rata-rata Rp4 juta per usaha tanpa bunga yang diberikan kepada 5 Usaha mikro," kata Ketua Pengmas UI Prof. Ir. Adi Surjosatyo PhD di kampus UI Depok, Jawa Barat, Jumat.
Tim Pengmas UI juga memfasilitasi pelatihan teknis/SOP pemeliharaan pembangkit kepada anak-anak muda Bungin dengan harapan program listrik energi baru terbarukan (EBT) dapat berkelanjutan sehingga alih teknologi dan pengelolaan listrik dari energi terbarukan dapat berkesinambungan di masa yang akan datang.
Dikatakannya kegiatan Pengmas ini merupakan upaya mengintegrasikan program yang diciptakan oleh Prof. Adi yaitu pemanfaatan energi baru berupa Pembangkit Listrik Tenaga Bayu melalui kincir angin dengan program untuk pengembangan usaha mikro.
"Melalui kegiatan perintisan ekowisata yang terintegrasi, beberapa usaha mikro pendukung yang sesuai potensi dan kondisi warga dapat berjalan," katanya.
Warga Kampung Bungin mengapresiasi bentuk dukungan para dosen UI untuk mengatasi permasalahan warga. Salah satu pelaku usaha di kampus Bungin, Suri mengatakan modal usaha yang dibagikan sangat berarti di dalam mendukung keberlangsungan usaha, karena hampir sebagian besar warga di sini terjerat utang rentenir.
"Warga tidak berdaya harus menanggung beban bunga utang yang mencekik hingga 23 persen karena desakan kebutuhan, utang-utang inilah yang menjadi penyebab kemiskinan warga Kampung Bungin," jelasnya.
Sebagai bentuk pengembangan usaha mikro, anak muda Kampung Bungin juga tengah berkreasi dan meningkatkan kualitas kerajinan tangan mengingat semakin banyaknya permintaan karya miniatur perahu/kapal mereka.
"Kami bangga karena ternyata kami bisa berkarya dan dapat menghasilkan uang dengan handycraft yang kami bikin pada awalnya untuk mengisi waktu disela-sela waktu melaut," kata Muhlisin, salah satu pemuda Bungin.
Karya miniatur mereka bisa terjual hingga Rp250.000 per unit berkat dukungan promosi dari tim pengmas UI berupa pelatihan dalam mengoptimalkan sosial media di kalangan remaja Bungin.