Pusat kebudayaan Indonesia di Laos ditargetkan selesai 2018

id indonesia,berita sumsel,berita palembang,pusat kebudayaa indonesia,Vientiane Center, Laos

Pusat kebudayaan Indonesia di Laos ditargetkan selesai 2018

Ilustasi. (ANTARA/Nova Wahyudi/)

Vientiane, Laos (ANTARA News Sumsel) - Pusat Kebudayaan Indonesia yang bakal berada di ibukota Laos, Vientiane, ditargetkan selesai dan beroperasi tahun 2018, kata Duta Besar RI untuk Laos, Pratito Soeharyo.

"Kami harapkan pada 17 Agustus ini sudah bisa selesai," kata Dubes RI untuk Laos, Pratito Soeharyo, di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Vientiane, Laos, Minggu.

Menurut Pratito, posisi Pusat Kebudayaan Indonesia tersebut rencananya akan dibangun di depan gedung Kementerian Luar Negeri Laos.

Selain sebagai pusat kebudayaan, ujar dia, di samping bangunan tersebut rencananya juga akan dibangun restoran otentik rasa Indonesia.

"Sampai saat ini masih dalam tahap pengurusan perizinan," paparnya.

Di dalam pusat kebudayaan tersebut nantinya diharapkan bakal memamerkan berbagai informasi penting dan produk yang termutakhir dari serta mengenai Indonesia.

Dubes juga menekankan pentingnya melaksanakan berbagai program yang terkait dengan "people-to-people contact" yang meningkatkan hubungan antarwarga kedua negara.

Sebagaimana diwartakan, kalangan pelaku usaha Republik Indonesia diharapkan jangan sampai ketinggalan dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk menggarap pasar Laos yang terletak di jantung kawasan Indochina.

"Saat melapor ke Jakarta, saya selalu mengatakan agar Indonesia jangan lupa dengan di sini (Laos)," kata Kepala Fungsi Ekonomi KBRI Laos, Wishnu Krisnamurthi setelah pembukaan Pameran UKM di Vientiane Center, Laos, Sabtu (5/5).

Wishnu Krisnamurthi mengingatkan bahwa kawasan Indochina telah diam-diam terus menggeliat dengan bentuk kerja sama CLMVT, yang merupakan akronim dari negara-negara Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam dan Thailand.

Kerja sama dalam kerangka CLMVT tersebut juga telah dilakukan dengan sejumlah negara besar seperti China, Jepang, Korea, dan Amerika Serikat.

Ia juga mengingatkan bahwa sejumlah negara ASEAN lainnya dinilai telah lebih aktif untuk menggarap perekonomian Laos, seperti Singapura di bidang pendidikan-vokasional dan juga negeri jiran Malaysia.

Malaysia, lanjutnya, telah aktif di zona ekonomi khusus di Provinsi Savannakhet yang terletak di Laos selatan.

"Kawasan perekonomian di Savannakhet adalah 'special economic zone' paling maju," papar Wishnu.

Menurut dia, sebenarnya produk dari Indonesia seperti sejumlah produk makanan banyak yang ada di Laos, tetapi produk-produk itu merupakan hasil ekspor ke Thailand yang kemudian diimpor oleh Laos.

Selain itu, ujar dia, ada pula jaringan bioskop di Laos yang salah satu pemegang sahamnya adalah pengusaha dari Indonesia, tetapi itu juga merupakan kerja sama dengan pengusaha Thailand dengan perusahaan berbendera Laos.

Karena itu pula, ia mengajak tidak hanya pengusaha tetapi juga berbagai pihak pemerintahan daerah di Indonesia untuk bisa datang dan berinvestasi di Laos.