Palembang (ANTARA Sumsel) - Provinsi Sumatera Selatan sejak lama menantikan hadirnya infrastruktur jalan tol, layaknya provinsi-provinsi di Jawa, untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor perkebunan.
Tak ayal lahirnya proyek strategis nasional Jalan Tol Trans Sumatera dari Aceh hingga Lampung memunculkan gairah baru di Sumsel yang sejak lama berkutat pada persoalan akut, yakni kelancaran transfortasi antarkabupaten dan provinsi.
Maklum saja, daerah itu merupakan pengekspor karet, sawit, dan batu bara yang memiliki pintu gerbang keluar provinsi di Pelabuhan Boom Baru yang lokasinya berada di tengah Kota Palembang.
Infrastruktur jalan tol yang selama ini diimpikan rakyat Sumatera Selatan itu akhirnya terwujud pada era pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla setelah dirampungkannya seksi 1 (Palembang-Pemulutan) sejauh 7,75 km dari Tol Palindra (Palembang Inderalaya).
Ruas jalan Palembang-Inderalaya yang disebut-sebut oleh pengguna sebagai ruas jalan paling menjengkelkan di Sumsel kini akan lepas dari problem kemacetan.
Presiden Jokowi dalam peresmian ruas tol tersebut menyatakan sangat mengapresiasi rampungnya pengerjaan seksi 1 Tol Palindra ini karena tingkat kesulitan yang relatif tinggi mengingat lokasi merupakan kawasan rawa.
Presiden mengungkapkan dirinya sampai datang empat kali ke lokasi untuk melihat langsung bagaimana pengerjaan kontruksinya karena ia mengaku tahu medannya berat.
Presien Jokowi meresmikan Tol Palindra pada 12 Oktober 2017.
Ia mengatakan Jalan Tol Palindra yang masuk dalam Jalan Tol Trans Sumatera dari Lampung hingga Aceh ini menggunakan teknologi vakum untuk mengeringkan rawa.
Bukan hanya dari teknologi, pembiayaan juga jauh lebih mahal dibandingkan jalan tol lain, yakni lebih 1,5 kali lipat karena ada pengurukan tanah sedalam 7 meter.
Negara mengeluarkan dana sekitar Rp2,4 triliun untuk membangun jalan tol sejauh 7 km ini.
"Dilakukan penyedotan air, saya lihat sendiri. Itulah saya datang sampai empat kali untuk memotivasi yang bekerja," kata dia.
Jokowi berharap setelah penyelesaian seksi 1 ini akan dilanjutkan ke seksi 2 (Pemulutan-KTM Rambutan) dan seksi 3 (KTM Rambutan-Inderalaya) sehingga target pada akhir Januari 2018 akan tercapai.
Presiden pun berharap, keberhasilan Hutama Karya dalam pengerjaan seksi 1 Tol Palindra ini memotivasi daerah lain yang saat ini juga mengerjakan pembangunan jalan tol.
Target pemerintah, kata Presiden, hingga akhir tahun terealisasi total 530 km dari Tol Trans Sumatera ini. Setelah ini Presiden mengaku akan ke Medan memantau Tol Medan-Bijai.
Manajer Proyek Tol Palindra dari PT Hutama Karya Hasan Turcahyo mengatakan saat ini progres Seksi 2 sebanyak 30 persen, sedangkan Seksi 3 sebanyak 80 persen.
"Seksi 2 terkendala pembebasan lahan, tapi saat ini sudah selesai dan mulai dikerjakan lagi," kata dia.
Presiden Joko Widodo menginsturksikan HK mempercepat pekerjaan karena berharap satu seksi dari total panjang tol Palindra 21,9 kilometer untuk membantu peran kota sebagai tuan rumah Asian Games XVIII 2018.
Jokowi juga meminta HK mengratiskan biaya tol untuk Seksi 1 ini hingga dua bulan ke depan hingga Seksi 2 dan Seksi 3 rampung.
Teknologi Vakum
Hutama Karya selaku BUMN yang ditunjuk pemerintah menggunakan teknologi vakum yang sudah familier di Tiongkok, namun baru kali pertama dalam pembangunan jalan tol di luar Jawa.
Penggunaan teknologi ini bukan tanpa risiko mengingat terdapat sejumlah kabel SUTET di kawasan tersebut.
Saat Seksi 1 akan diujicobakan, tepatnya enam hari menjelang Lebaran, diketahui ruas jalan dekat pintu keluar tol mengalami ambles.
Kejadian itu lantaran terdapat kabel SUTET sehingga pemadatan tanah tidak dapat dilakukan menggunakan teknologi vakum, melainkan harus pemadatan secara alami.
Tak heran kiranya Presiden Jokowi mengapresiasi rampungnya Seksi 1 ini karena tingginya tingkat kesulitan dalam upaya mengeringkan (memvakum) rawa.
Kepala Divisi Pengembangan Jalan Tol PT Hutama Karya Rizal Sucipto di Palembang mengatakan teknologi ini sangat tepat untuk mengatasi tanah lunak berkedalaman 40 meter yang sangat membutuhkan penanganan khusus.
Semula HK memiliki sejumlah pilihan, di antaranya, teknologi tiang pancang, stone column, dan cakar ayam. Namun setelah dilakukan pemantauan langsung ke Tiongkok yang telah berhasil membuat ribuan km jalan tol, maka diputuskan menggunakan konsolidasi vakum.
Alasan lainnya, kata Rizal, yang membuat pihaknya bertambah yakin, yakni kebutuhan agar cepat selesai mengingat Jalan Tol Palindra ini akan dijadikan infrastruktur penunjang Asian Games.
Dalam teknologi ini, hanya dibutuhkan 3-4 bulan untuk mem-vakum lahan rawa, dan jika mau pada bulan ketiga sudah bisa dilakukan penimbunan pada bagian atasnya. Sementara jika memakai teknologi lain, setidaknya membutuhkan masa enam bulan untuk memastikan bahwa lahan sudah benar-benar padat dan tidak ada lagi pergerakan tanah.
Kenyakinan pun bertambah dengan teknologi ini karena mampu mencapai batas boleh turun, yakni kurang dari 10 cm dalam 10 tahun.
Teknologi membungkus rawa ini diawali dengan dilakukan penimbunan dengan material pengisi dengan jenis tanah apa saja, dan untuk Tol Palindra digunakan pasir yang diambil dari Sungai Musi dan Sungai Ogan.
Saat akan divakum tentunya terjadi penurunan elevasi sehingga harus ditambahkan material lagi, yakni tanah berkualitas, yakni tanah liat. Kemudian, zona vakum ini dibungkus dengan plastik khusus berkualitas tinggi yang tidak mudah jebol karena kedap udara dan air.
Lalu untuk lebih memaksimalkan proses, zona vakum ini dipompa selama 3-4 bulan tanpa henti. Dampaknya, tanah menjadi terkonsolidasi dan tidak lembek lagi. "Jadi teknologi ini cepat dan murah," kata dia.
Dampak Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan terbantu oleh adanya pembangunan infrastruktur terkait peran Kota Palembang sebagai tuan rumah Asian Games XVIII tahun 2018.
Deputi Direktur Bank Indonesia Sumatera Selatan Hari Widodo mengatakan, gencarnya pembangunan Light Rail Transit, jalan tol, jembatan, dan fasilitas pendukung lainnya membuat Sumsel masih bisa bertahan di tengah anjloknya harga komoditas karet.
Daerah ini, katanya, masih bisa tumbuh positif jika dibandingkan daerah-daerah lain yang juga mengantungkan ekonominya pada komoditas.
Oleh karena itu Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan akan sesuai proyeksi awal 5,1 - 5,5 persen pada 2017 karena sejumlah indikator menunjukkan hasil positif memasuki semester II.
Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Sumsel semester I/2017 tercatat 5,19 persen, sementara rata-rata nasional 5,01 persen.
Data terakhir bahkan menunjukkan Kota Palembang mengalami deflasi 0,09 persen pada September 2017 karena didorong penurunan harga bahan makanan.
Kondisi deflasi ini juga terjadi pada bulan sebelumnya sehingga pemerintah optimistis target inflasi 4 persen plus minus satu persen hingga akhir tahun dapat tercapai.
Di tiga bulan terakhir ke depan, kata Yos, diharapkan inflasi dapat terjaga sehingga Sumsel dapat meraih capaian yang lebih baik dibandingkan tahun depan.
Berdasarkan analisis BPS diketahui bahwa inflasi tahun kalender (komulatif) Kota Palembang sampai September 2017 tercatat 1,78 persen, sedangkan inflasi `year on year` yakni September 2016 terhadap September 2017 sebesar 2,96 persen. Deflasi pada September ini disebabkan turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 0,91 persen.
Sementara itu, Provinsi Sumatera Selatan pada Setember ini mengalami deflasi 0,13 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (komulatif) mencapai 1,85 persen. Selanjutkan inflasi year on year mencapai 3,00 persen.
Sektor-sektor lain juga tumbuh positif seperti perdagangan, jasa, kontruksi, dan investasi. Hanya sektor ekspor dan impor saja yang negatif.
Faktor hadirnya Asian Games ini dinyakini sangat berperan dalam menggeliatkan perekonomian Sumsel, sama seperti saat daerah itu menjadi tuan rumah SEA Games tahun 2011.
Jika merujuk kenyataan adanya penurunan harga komoditas ekspor, yakni karet, kelapa sawit, dan batu bara sejak 2012 hingga kini, seharusnya ekonomi Sumsel berada dalam keterpurukan.
Namun, kondisinya jauh berbeda. Malahan Sumsel dapat tumbuh melewati angka rata-rata nasional karena terdapat sejumlah faktor pendorong, yakni pembangunan infrastruktur jalan tol, jembatan, LRT, fly over, dan lainnya yang akan dijadikan infratruktur pendukung Asian Games XVIII tahun 2018.