Pagi itu langit di Kuala Lumpur mendung, sejumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tidak mudik mesti bergegas ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur Jalan Tun Razak untuk Salat Idulfitri, Minggu (25/6).
Sebenarnya, tidak mesti harus Salat Id di KBRI, apalagi Kuala Lumpur memiliki banyak masjid yang megah dan artistik, seperti Masjid Negara, Masjid Wilayah, dan Masjid Kampong Bharu. Namun, banyak WNI memilih ke KBRI agar bisa silaturahmi dengan sesama WNI di perantauan.
Seperti Salat Jumat yang rutin diselenggarakan di Aula Hasanuddin KBRI, Salat Id kali ini tidak hanya diikuti WNI, tetapi juga warga tempatan atau warga Malaysia yang terlihat dari busana melayu yang mereka gunakan, beberapa orang kulit hitam, dan mereka yang berbusana keffiyeh ala Timur Tengah.
Salat Id mulai pukul 08.00 waktu setempat sebagainya tertulis di baliho. Mereka yang datang lebih awal bisa langsung memarkir kendaraan di depan kedutaan. Selebihnya, parkir di basement condominium samping kedutaan atau di Jalan Delima.
Pintu kedutaan yang biasanya tertutup rapat dan tidak semua orang boleh masuk, kali ini terbuka lebar meski tetap dalam penjagaan ketat petugas keamanan. Seorang muslimah berkerudung senyum manis kepada jemaah yang datang sambil membagikan kupon untuk ditukar kotak makanan usai salat.
Lantunan takbir berkumandang di ruangan KBRI sebelum Salat Id dimulai. Jemaah saling bersahutan mengumandangkan kebesaran Ilahi. Berbeda dengan di Tanah Air, tidak ada malam takbiran di Kuala Lumpur, apalagi takbir keliling yang mengitari kota.
Kali ini khotbah Salat Id di KBRI Kuala Lumpur disampaikan oleh Dr. Muntaha Artalim, Lc., M.I.R.K. dosen Department of Fiqh & Usul Al-Fiqh Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge & Human Sciences International Islamic University Malaysia.
Ustaz Muntaha biasa mengisi pengajian di Kerohanian Islam (Rohis) KBRI yang biasa diadakan di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Selain itu, juga pernah mengisi pengajian di Kantor Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia (PCIM), Komunitas Muslim Kuala Lumpur, dan lain-lain.
Ustaz Muntaha kali ini menyampaikan tema khotbah yang relatif cukup aktual dengan merebaknya informasi hoaks (hoax), berita bohong, dan kontraproduktif dengan judul "Berita Dusta Pembawa Petaka Introspeksi Kehidupan Pribadi, Berbangsa, dan Bernegara pada Era Sosial Media".
"Beragam jenis senjata memang bisa merusak bangunan dan bahkan kota. Namun, kerusakan masih terlokalisasi. Akan tetapi, jika senjata yang digunakan adalah berita dusta, daya hancurnya akan berlipat ganda dahsyat. Jangan sembarang 'like' dan 'share'," katanya.
Ia meminta memastikan tidak semua berita itu benar karena berita selalu memiliki dua sisi, benar dan salah, dan pada zaman yang amanah sudah terkikis seperti saat ini. Hal ini patut waspada terhadap berita, terutama yang mempunyai potensi memecah belah dan mengadu domba umat.
"Apalagi, jika berita saat ini sudah bukan sekadar berita faktual, melainkan sudah diramu dengan asumsi penulis untuk suatu skenario tertentu yang memang sudah dirancang mendahului fakta. Maka, berita menjadi sesuatu yang patut dicurigai. Oleh karena itu, setiap muslim harus senantiasa waspada," katanya.
Tidak semua berita yang benar, kata dia, perlu disampaikan karena berita baru dan hangat sering kali menggoda sehingga menjadi "orang pertama" yang membawa berita bisa jadi bagi sebagian orang dianggap punya makna.
Namun, syariat Islam mengajarkan jika sudah yakin bahwa berita itu benar, harus dipelajari manfaat dan mudarat yang akan ditimbulkan oleh berita tersebut.
"Pastikan bahwa semua yang kita sebar akurat dan membawa rahmat untuk umat sehingga setiap kata yang kita sampaikan dikatagorikan sebagai sedekah, dan kita tulis tercatat di dalam buku catatan amal, yang akan diminta pertanggungjawaban pada hari akhir," katanya.
Untuk membangkitkan umat dari keterpurukan bukan dengan mem-"blow up" kejelekan. Untuk membangunkan umat dari keterbelakangan, bukan dengan menyebarkan berita kejahatan. Akan tetapi, sebaliknya, dengan menumbuhkan semangat dan optimisme dan harapan, bagaimanapun dalamnya curamnya kehancuran, berikanlah harapan.
Turut hadir pada Salat Id Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Kuala Lumpur Andreano Erwin, Atase Ketenagakerjaan Mustofa Kamal, Atase Ketenagakerjaan Mulkan Lekat, Atase Politik Agung Cahya Sumirat, Ketua Satgas Perlindungan WNI Yusron B. Amabary, Atase Pertahanan Iwan Bambang, Atase Kepolisian Kombes Pol. Chaidir, dan Atase Perhubungan, Mochamad Abduh.
Tampak juga sejumlah tokoh Indonesia, seperti CEO Telin Malaysia Oki Wiranto, Sekretaris MP KAHMI Malaysia Armando Harahap, Ketua PKB Malaysia Saiful Aiman, Ketua PDIP Malaysia Ucok Asfar Misbach, Ketua Perindo Malaysia Muhammad Tohong, sejumlah pengurus Muhammadiyah dan NU Malaysia.
Panitia dalam laporannya mengatakan bahwa selama Ramadan KBRI menyelenggarakan kajian tematik Ramadan setiap hari, Salat Tarawih, dan pembagian takjil, buka bersama Rohis dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, dan pembagian sumbangan ke Rumah Kasih Nur Hasanah.
Pengumpulan zakat fitrah bekerja sama dengan PKPU yang disalurkan kepada WNI di shelter dan Kantor PKPU Pusat untuk disalurkan ke mustahik.
Usai Salat Id, dilanjutkan dengan halalbihalal. Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) atau Wakil Dubes KBRI Kuala Lumpur Andreano Erwin beserta istri dan para atase naik ke panggung. Jemaah kemudian secara bergiliran ikut naik bersalaman satu per satu.
"Acara hampir sama tahun lalu tetapi tidak ada sambutan KBRI. Enggak terlalu ramai mungkin banyak yang mudik. Biasanya jemaah sampai area parkir sekarang hanya sampai lobi. Dahuulu sewaktu Dubes Pak Da'i Bachtiar selalu 'open house' sekarang enggak ada," ujar Staf Imigrasi KBRI Ricky yang bertindak sebagai pemandu acara.
KJRI Kota Kinabalu
Berbeda dengan KBRI Kuala Lumpur, Konjen Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu Akhmad D.H. Irfan melakukan "open house" di rumah dinas Wisma Indonesia yang turut dihadiri Kepala Negara Sabah Malaysia Tun Juhar bersama sejumlah pejabat.
Tampak hadir Ketua Menteri Datuk Seri Musa Aman, Ketua Parlemen Datuk Seri Syed Abas, Wakil Ketua Menteri Tan Sri Pairin Kitingan, Menteri Pariwisata Datuk Masidi Manjun, pejabat daerah setempat, ketua Kadin, anggota parlemen, para anggota parpol setempat, dan lainnya.
Seperti Lebaran pada tahun sebelumnya, ratusan orang Indonesia yang berada di Kota Kinabalu dan sekitarnya juga ikut hadir di Wisma Indonesia.
Para WNI dan TKI perantauan di Sabah datang untuk bersilaturahmi dan ikut mencicipi makanan khas Indonesia, seperti ketupat lebaran, bakso, siomay, dan berbagai makanan khas hari raya.
Seorang pekerja kantor di Kota Kinabalu bernama Widodo mengatakan bahwa dirinya menikmati bakso.
"Saya berputar di antrean untuk menambah semangkuk bakso lagi. Wisma Indonesia sudah terkenal dapat menyajikan rasa bakso yang seenak di Indonesia," kata Widodo sembari tersenyum lebar.
Widodo tidak sendiri datang. Dia bersama keluarganya untuk menikmati sajian khas lebaran yang tidak dijumpai sehari-hari di Kota Kinabalu.
Boni Ventura, tokoh masyarakat Flores Timur yang non-Muslim juga tampak berbaur dengan masyarakat Indonesia bersama sejumlah teman sedaerahnya.
"Saya sudah 15 tahun di sini dan setiap tahun selalu hadir pada acara ini", katanya sambil mencicipi rempeyek.
Menurut Ketua Satgas Pelayanan dan Perlindungan WNI KJRI Kota Kinabalu Hadi Syarifuddin setidaknya ada tiga acara besar yang diadakan Perwakilan RI di Sabah yang ditujukan sebagai wadah silaturahmi masyarakat Indonesia di Sabah setiap tahun, yaitu Idulfitri, perayaan HUT Kemerdekaan RI, dan Iduladha.
"Open House" WNI
Sejumlah WNI yang lama menetap di Kuala Lumpur juga melakukan inisiatif "open house" di kediamannya masing-masing.
Mereka melakukan kegiatan tersebut salah satu alasannya untuk menjaga silaturahmi antar-WNI karena kegiatan saling berkunjung, seperti unjung-unjung atau sejarah kalau di Jawa sulit terlaksana di negeri jiran.
Guru Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) asal Gresik Maftuchin yang sudah bertahun-tahun di Kuala Lumpur mengundang makan bersama rekan-rekannya sesama guru yang tidak mudik dan tetangganya di condominium Jalan Putra berdekatan dengan Sungai Gombak.
Sejumlah makanan khas Indonesia dihidangkan, seperti satai dan bakso. Tidak lupa dia juga menyuguhkan makanan khas Gresik, otak-otak, yang terbuat dari ikan bandeng dan kue-kue lebaran yang dihidangkan dalam stoples.
Turut hadir kawan gurunya Darma Kalbar dan Armando Harahap yang pada siang harinya menyempatkan diri ikut antre "open house" ke kediaman Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di kompleks Putrajaya.
Ghazi, tokoh warga Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur berkumpul bersama-sama rekan-rekannya asal Bawean dan kerabatnya di tempat tinggalnya, Menara Polo Condominium Desa Pandan Kuala Lumpur. Tidak lupa mereka menghidangkan makanan khas Bawean.
Pasangan Ady Tobing dari Kota Padang Sidempuan Provinsi Sumatra Utara dan Medria Kusumadewi sebelum mudik menyelenggarakan "open house" di kediamannya sebuah kondominium, Jalan Kia Peng, kawasan KLCC Kuala Lumpur usai Salat Id di KBRI Kuala Lumpur.
Mereka juga membagi-bagikan angpau, seperti tradisi Salat Id di Indonesia yang ditaruh dalam amplop kecil-kecil.
"Jazaakumullah bude dan opung. Baru kali ini bapak-bapak dapat duit raya," ujar Ali Imron, mahasiswa asal Indonesia yang sedang S-3 di Malaysia.
Raya merupakan istilah untuk menyebut Idulfitri di Malaysia.
Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PCIM Malaysia Zulfan Haidar juga melakukan "open house" di rumahnya Jalan Taman Indah Gemilang Pinggiran Batu Caves Sri Gombak.
Zulfan merupakan guru pada International Islamic School (IIS) Malaysia yang berasal dari Yogjakarta dan sudah menetap bertahun-tahun di Malaysia.
Sekretaris KNPI Malaysia Tengku Adnan yang juga Ketua Partai Nasdem Malaysia memilih silaturahmi berkeliling ke sejumlah tokoh masyarakat Indonesia.
"Terima kasih Tengku Adnan yang sudah menyempatkan waktu silaturahmi ke rumah pada hari raya pertama. Semoga membawa berkah. Aamiin," ujar Ketua Pengurus Cabang Istimewa Muslimat (PCIM) NU Malaysia Mimin Mintarsih.