Gundukan tanah yang masih basah terdapat nisan bertuliskan "Rest in Peace Malo".
Ini bukan kuburan jasad manusia, melainkan anjing. Malo bukan nama manusia melainkan nama anjing kesayangan milik Putri Tobing.
Tak hanya satu, tetapi ada sekitar 200 kuburan hewan yang mengisi taman makam hewan yang berada di Jalan RM Harsono No 10, Ragunan Jakarta Selatan.
Berbagai nisan dengan berbagai nama hewan peliharaan tersusun rapi di bidang lahan seluas 150-200 meter itu.
Layaknya makam jasad manusia, nisan di tempat makam satwa ini juga beragam bentuk dan warna. Bahkan, ada tiga nisan berjajar yang berbentuk hati warna putih.
Di nisan lain, ada juga yang terdapat foto hewan yang dimakamkannya.
Selain anjing bernama Malo, ada nisan-nisan lain diberi label nama Kitty, Jiro, Rachel, Benji, dan masih banyak nama-nama lainnya yang tertera di nisan makam-makam itu.
Bukan hanya Putri Tobing, yang memakamkan anjing peliharaannya, cukup banyak pula yang memakamkan hewan kesayangannya di sana.
Deretan nisan itu seolah menjadi bukti kecintaan para pencinta satwa terhadap hewan peliharaannya.
Bukti kecintaan pemiliknya hingga hewan peliharaannya mati bisa dilihat di Taman Pusara Satwa, yang terletak tepat di seberang Rumah Sakit Hewan Jakarta (RSHJ), Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Petugas kebersihan makam satwa Engkong Ali mengatakan tak hanya manusia, hewan peliharaan yang mati pun di bungkus kain kafan.
Layanan jasa penguburan untuk hewan peliharaan ini seperti pemakaman pada umumnya. Di sini hewan peliharaan yang mati akan dibungkus kain kafan, diberi nisan di atas kuburannya, dan ditaburi bunga-bunga.
Biaya yang dikenakan oleh RSHJ beragam, tergantung dengan ukuran dan berat badan hewan peliharaan yang mati. Biasanya hewan peliharaan yang mati dari RSHJ akan langsung disiapkan liang kuburnya oleh petugas, sedangkan pemilik hewan peliharaan yang mati di rumah, harus menelepon pihak RSHJ terlebih dahulu untuk disiapkan keperluannya.
Fasilitas tempat pemakaman ini sudah disediakan sejak tahun 1992 bersamaan dengan dibangunnya RSHJ yang diresmikan oleh Soeprapti Soeprapto, istri Gubernur DKI Jakarta pada saat itu.
Salah satu alasan pendirian fasilitas pemakaman ini karena pada saat itu banyak pemilik hewan pelihaaraan yang kesulitan untuk menguburkan hewan kesayangannya.
Pada akhirnya, disediakanlah lahan makam khusus untuk hewan peliharaan dengan standar yang layak dan dapat dikunjungi oleh pemiliknya kapan saja.
Biasanya, pemilik menguburkan hewan bukan karena tidak memiliki lahan di rumahnya tetapi alasan utamanya adalah karena kecintaan pemiliknya kepada hewan peliharaannya.
Mereka ingin menyediakan tempat yang layak untuk hewan kesayangannya di peristirahatan hewan kesayangannya yang terakhir.
Bagi pemilik hewan peliharaan yang sudah menguburkan hewan kesayangannya di Taman Pusara Satwa, juga harus mengurus dan melapor untuk membuat surat sewa lahan dan nantinya dalam jangka satu tahun harus diperpanjang masa sewa lahannya.
Ada pun fasilitas yang disediakan RSHJ selain tempat makam hewan yaitu unit poliklinik, unit gawat darurat, unit bedah, unit laboratorium klinik dan diagnostik, unit radiologi, unit nutrisi, unit akupuntur, dan alternatif terapi.
Pada Januari 2017 sudah ada dua bidang lahan yang disediakan oleh pihak RSHJ yang kira-kira berukuran 150-200 meter. Kain kafan dan nisan juga sudah disediakan oleh pihak RSHJ. Tak hanya itu, pihak RSHJ juga memberikan perawatan untuk kuburan hewan peliharaan tersebut.
Ada ratusan hewan yang saat ini sudah dikuburkan oleh pihak RSHJ di Taman Pusara Satwa. Hewan-hewan yang dikuburkan biasanya adalah hewan peliharaan yaitu kucing dan anjing dengan berbagai jenis.
Tak hanya merawat kebun sekitar RSHJ tapi Engkong Ali juga mengurus Taman Pusara Satwa. Dia disapa Engkong karena sudah berusia 58 tahun.
Ia sudah 24 tahun bekerja dan mengabdi sebagai petugas kebersihan di RSHJ. Selain itu, ia juga dipercaya untuk mengurus Taman Pusara Satwa mulai dari menggali kubur, menguburkan, dan merawat kuburan-kuburan hewan peliharaan itu.
"Ya, saya yang mengurus kuburan-kuburan hewan ini," kata Engkong Ali.
Engkong Ali juga mengatakan bahwa hewan-hewan peliharaan yang sudah mati tersebut dikuburkan selayaknya manusia yang telah meninggal.
"Seperti manusia saja, dibungkus dengan kain kafan, dikasih nisan, dan dikasih bunga-bunga yang bagus. Setiap minggu pemiliknya juga kadang-kadang ziarah ke makam hewan peliharaannya," ungkap Engkong Ali.
Engkong Ali menceritakan pengalamannya saat ia ingin menguburkan hewan-hewan peliharaan yang mati, banyak pemilik hewan peliharaan tersebut yang meluapkan kesedihannya hingga menangis sampai berguling-guling.
Pria berusia 58 tahun itu tidak mengalami banyak keluhan dan kesulitan saat bekerja yang ia tahu, ia hanya ingin memberikan pelayanan terbaik bagi pemilik yang sudah ditinggal mati hewan kesayangannya.