Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat gelar "Grebeg Syawal"

id Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kraton

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat gelar "Grebeg Syawal"

Ilustrasi - Kraton Yogyakarta (FOTO ANTARA)

Yogyakarta (ANTARA Sumsel) - Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar "grebeg syawal" dengan membagikan gunungan raksasa berupa hasil bumi kepada masyarakat di Masjid Gede Kauman.

"Gunungan ini memilik makna tauhid. Artinya, bahwa manusia hendaknya selalu berdoa kepada Allah SWT," kata salah seorang panitia kegiatan tersebut, KRT Achmad Mochsein Kamaludiningrat di Yogyakarta, Minggu.

Ia mengatakan, doa yang dipanjatkan dalam grebeg syawal ini yakni mendoakan Sri Sultan Hamengku Buwono X panjang umur dan selalu sejahtera, serta Kreton Ngayogyakarta Hadiningrat selalu lurus dan diberkahi.

"Kami memanjatkan kepada Allah supaya Ngarso dalem mulya, kraton lurus dan panjang umur," kata dia.

Menurut dia, gunungan merupakan sedekah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kepada masyarakat berupa hasil bumi seperti kacang panjang, cabai dan apem.

Hasil bumi ini sebagai simbol, yang tak lain mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan selalu menjaga keimanan dan ketaqwaan.

"Dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah akan membawa barokah, niscaya Allah akan melancarkan rejeki dan kemudahan dalam hidup," kata dia.

Ia mengatakan, ritual grebeg dalam setahun hanya dilakukan sebanyak tiga kali. Grebeg pertama adalah Grebeg Mulud, memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW sebagai akhir dari pesta rakyat, Sekaten.

Kemudian Grebeg Syawal atau Grebeg Pasa, sebagai ungkapan terimakasih karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa dan bertepatan dengan 1 Syawal.

Terakhir adalah Grebeg Besar yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah atau Idul Adha.

"Jumlah gunungan untuk grebeg syawal dan grebeg besar hanya satu dan ukuran besar, sedangkan untuk grebeg mulud bisa lima hingga tujuh gunungan," kata dia.

Masyarakat percaya, bila berhasil mendapatkan isi dari gunungan tersebut, akan mendapatkan berkah dan rezeki, sebab gunungan dipercaya sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Sementara, salah seorang yang memperebutkan gunungan, Sukinem dari Bantul mengatakan, setiap tahun dirinya selalu menyempatkan diri untuk berebut gunungan. "Karena setiap hal yang saya inginkan hampir selalu terwujud," kata dia.
(ANT/KR-STR/I007)