Dalam Pasal 3 Ayat (4) disebutkan bahwa pengurangan emisi GRK utamanya didukung oleh sektor kehutanan sebagai penyimpan karbon dengan pendekatan "carbon net sink" atau dikenal dengan "Folu Net Sink" yang merupakan sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi di mana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada 2030.
Dalam dokumen ENDC yang diajukan pemerintah untuk penurunan emisi pada COP 26 di Mesir pada 2022, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi 31 persen dengan usaha sendiri dan 43 persen dengan bantuan internasional atau dalam skenario kondisi normal (business as usual).
Emisi karbon Indonesia pada 2030 diproyeksikan mencapai 2.869 juta ton ekuivalen karbon dioksida (MTon C02e).
Kemudian dengan adanya ENDC, pemerintah menargetkan pengurangan emisi karbon secara mandiri 31,89 persen dari proyeksi "business as usual" sehingga emisi menjadi 1.953 MTon CO2e pada 2030.
Jika ada bantuan internasional, pemerintah menargetkan emisi karbon Indonesia bisa berkurang hingga 43,2 persen dari proyeksi "business as usual" sehingga emisinya menjadi 1.632 MTon CO2e pada 2030.
Untuk mewujudkan target penurunan emisi GRK tersebut, instansi kehutanan dan lingkungan di wilayah Sumsel bisa berkontribusi besar dengan melakukan aksi bersama-sama sesuai tugas dan fungsi masing-masing dengan membentuk kelompok kerja, kata Kepala Balai BPH Sumsel-Babel itu.
Sementara Direktur Lingkar Hijau Sumsel Anwar Sadat menjelaskan bahwa provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu termasuk sebagai salah satu dari 12 provinsi di tanah air yang ditunjuk untuk menyusun rencana kerja detail/sub rencana kerja nasional.
Guna mendukung tercapainya program "Folu Net Sink" di Sumsel, aktivis lingkungan yang tergabung dalam Perkumpulan Lingkar Hijau sebagai organisasi lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat di Sumsel berikhtiar melakukan upaya pada satu landskap yang ada di provinsi setempat atau khususnya di kawasan hidrologi gambut (KHG).
Kawasan hidrologi gambut itu seperti di Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin (Muba) dengan harapan menjadi satu role model di dalam pengelolaan hutan dan lahan khususnya lahan gambut dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) di daerah.
Menurut dia, dalam mengurangi emisi GRK di sektor kehutanan dan pemanfaatan lahan lainnya (folu) ada empat strategi utama yakni menghindari deforestasi, konservasi dan pengelolaan hutan lestari.
Kemudian perlindungan dan restorasi lahan gambut, serta peningkatan serapan karbon.
Berdasarkan empat strategi tersebut telah diturunkan menjadi 15 kegiatan mitigasi yang tujuh di antaranya yakni perhutanan sosial, konservasi, keanekaragaman hayati, pengurangan laju deforestasi lahan mineral.
Selanjutnya pengurangan laju deforestasi lahan gambut, dan mangrove, pengurangan laju degradasi hutan lahan gambut dan mangrove, restorasi gambut dan perbaikan tata air gambut, jelas Anwar Sadat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Instansi kehutanan-Lingkar Hijau Sumsel sinergi aksi "Folu Net Sink"
Berita Terkait
STIPER Sriwigama Palembang gelar praktisi mengajar pengelolaan hutan lestari
Sabtu, 18 Mei 2024 19:11 Wib
Dinas Kehutanan Sumsel lakukan peningkatan rehabilitasi mangrove
Sabtu, 2 Desember 2023 16:13 Wib
"Pusaka Hijau" di Museum Kehutanan
Jumat, 10 November 2023 22:12 Wib
BPS: Pertanian-kehutanan-perikanan terbanyak serap tenaga kerja Sumsel
Rabu, 8 November 2023 9:47 Wib
Kualitas udara di Padang dekati ambang batas tidak sehat
Rabu, 4 Oktober 2023 11:17 Wib
Melindungi harimau sumatera
Kamis, 3 Agustus 2023 14:32 Wib
Pertamina dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel tanam 600 bibit pohon di Taman Wisata Punti Kayu Palembang
Jumat, 14 Juli 2023 18:56 Wib
Satuan polisi kehutanan tangkap dua penjualkulit harimau
Kamis, 8 Juni 2023 16:45 Wib