Perhatikan ada atau tidaknya cairan dari payudara saat SADARI
Jakarta (ANTARA) - Pakar onkologi dr. Ade Margaretha, L.T, Sp. Onk.Rad. mengatakan bahwa memperhatikan ada atau tidaknya cairan yang keluar dari puting payudara menjadi salah satu hal yang perlu dilakukan wanita saat melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
"Itu diperhatikan ada benjolan, perubahan bentuk pada payudara, ada atau tidak cairan yang keluar dari puting," ujar dia yang menjabat sebagai Ketua Tim Onkologi Terpadu RSUD Pasar Minggu itu dalam seminar daring oleh Pemprov DKI Jakarta, di Jakarta, Rabu.
Ade mengatakan SADARI yang menjadi langkah pertama deteksi dini kanker payudara yang dapat dilakukan di rumah, bisa dimulai sejak seseorang berusia 12 tahun dengan waktu yang tepat untuk melakukannya yakni tujuh hari setelah hari haid pertama.
Nantinya, apabila ditemukan kelainan saat SADARI maka seseorang perlu mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS).
"Nanti oleh tenaga medis akan dilakukan pemeriksaan apakah ini suatu yang normal atau perlu pemeriksaan lebih lanjut. Apabila perlu dilanjutkan maka nanti diperiksa lagi, bisa dengan USG (teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra), mamografi (tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya) dan yang lebih canggih lagi di rumah sakit," jelas Ade. Dia mengatakan hingga kini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, namun sejumlah hal antara lain gender, usia, riwayat terkena kanker pada salah satu payudara serta riwayat keluarga pernah terdiagnosis kanker dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara.
"Gender, wanita lebih banyak mengalami kanker payudara. Ada laki-laki yang mengalami kanker payudara tetapi jarang sekali. Kemudian usia. Jadi, semakin tua seseorang, semakin tinggi risikonya terkena kanker payudara," kata dia.
Ade mengatakan kanker payudara menjadi jenis kanker yang paling banyak ditemukan di RSUD Pasar Minggu selain kanker kepala leher dan kanker serviks atau leher rahim.
Sementara itu, dalam seminar yang sama, Pengelola Program Kanker dan Kelainan Darah Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Radhiana Purisanti mengingatkan bahwa warga Jakarta bisa mengakses layanan deteksi dini kanker payudara, juga serviks di puskesmas yang tersebar di DKI Jakarta tanpa dipungut biaya.
Global Cancer Observatory 2022 menunjukkan empat kanker terbanyak yakni kanker payudara, kanker paru, kanker leher rahim dan kanker kolorektal.
Untuk wanita, kanker payudara dan leher rahim menjadi kanker tertinggi, sementara pada pria yakni kanker paru dan kanker kolorektal.
Sedangkan, data global kanker (Globocan) 2022 menunjukkan ada 66.000 kasus baru kanker payudara di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ini yang harus diperhatikan saat periksa payudara sendiri
"Itu diperhatikan ada benjolan, perubahan bentuk pada payudara, ada atau tidak cairan yang keluar dari puting," ujar dia yang menjabat sebagai Ketua Tim Onkologi Terpadu RSUD Pasar Minggu itu dalam seminar daring oleh Pemprov DKI Jakarta, di Jakarta, Rabu.
Ade mengatakan SADARI yang menjadi langkah pertama deteksi dini kanker payudara yang dapat dilakukan di rumah, bisa dimulai sejak seseorang berusia 12 tahun dengan waktu yang tepat untuk melakukannya yakni tujuh hari setelah hari haid pertama.
Nantinya, apabila ditemukan kelainan saat SADARI maka seseorang perlu mendatangi fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS).
"Nanti oleh tenaga medis akan dilakukan pemeriksaan apakah ini suatu yang normal atau perlu pemeriksaan lebih lanjut. Apabila perlu dilanjutkan maka nanti diperiksa lagi, bisa dengan USG (teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra), mamografi (tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya) dan yang lebih canggih lagi di rumah sakit," jelas Ade. Dia mengatakan hingga kini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, namun sejumlah hal antara lain gender, usia, riwayat terkena kanker pada salah satu payudara serta riwayat keluarga pernah terdiagnosis kanker dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara.
"Gender, wanita lebih banyak mengalami kanker payudara. Ada laki-laki yang mengalami kanker payudara tetapi jarang sekali. Kemudian usia. Jadi, semakin tua seseorang, semakin tinggi risikonya terkena kanker payudara," kata dia.
Ade mengatakan kanker payudara menjadi jenis kanker yang paling banyak ditemukan di RSUD Pasar Minggu selain kanker kepala leher dan kanker serviks atau leher rahim.
Sementara itu, dalam seminar yang sama, Pengelola Program Kanker dan Kelainan Darah Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Radhiana Purisanti mengingatkan bahwa warga Jakarta bisa mengakses layanan deteksi dini kanker payudara, juga serviks di puskesmas yang tersebar di DKI Jakarta tanpa dipungut biaya.
Global Cancer Observatory 2022 menunjukkan empat kanker terbanyak yakni kanker payudara, kanker paru, kanker leher rahim dan kanker kolorektal.
Untuk wanita, kanker payudara dan leher rahim menjadi kanker tertinggi, sementara pada pria yakni kanker paru dan kanker kolorektal.
Sedangkan, data global kanker (Globocan) 2022 menunjukkan ada 66.000 kasus baru kanker payudara di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ini yang harus diperhatikan saat periksa payudara sendiri