Tim Italia tundukkan Australia 2-0 untuk menjuarai Piala Davis

id piala davis,jannik sinner,italia,tenis italia

Tim Italia tundukkan Australia 2-0 untuk menjuarai Piala Davis

Anggota tim Italia mengangkat trofi setelah mereka menjadi juara Piala Davis di Martin Carpena Sporthall, Malaga, Spanyol, Minggu (26/11/2023). (ANTARA/AFP/LLUIS GENE)

Jakarta (ANTARA) - Jannik Sinner tampil sensasional untuk membawa Italia menjuarai Piala Davis untuk pertama kalinya sejak 1976 dengan menghancurkan Alex de Minaur 6-3, 6-0, dan memastikan kemenangan 2-0 atas Australia di Malaga, Senin dini hari.

Petenis peringkat keempat dunia itu meraih kemenangan dalam pertandingan tunggal kedua setelah Matteo Arnaldi berjuang keras untuk mengalahkan Alexei Popyrin 7-5, 2-6, 6-4 dalam pertandingan pembuka.

Sinner yang mengalahkan petenis peringkat satu dunia Novak Djokovic dua kali dalam satu hari pada Sabtu (25/11) untuk mengeliminasi Serbia, memastikan gelar keduanya bagi negaranya dengan kemenangan meyakinkan atas Australia yang dipimpin Lleyton Hewitt.

"Saya merasa cukup baik hari ini... Ini adalah kemenangan yang sangat penting bagi saya, seluruh tim, dan Italia bersama-sama," kata Sinner seperti dikutip dari AFP.

"Ini sesuatu yang berbeda, sangat spesial karena Anda tidak bermain untuk diri sendiri, Anda bermain untuk seluruh tim."

Sinner membuat De Minaur kewalahan dengan penampilan agresif, dengan melepaskan pukulan-pukulan keras yang menghibur sebagian besar penonton di arena Martin Carpena.

Sinner telah memenangkan lima pertemuan sebelumnya melawan De Minaur dan pemain peringkat 12 dunia itu kembali tidak mampu memberi perlawanan dengan dipecundangi dalam 81 menit.

 

Kekalahan itu membuat penantian Australia untuk meraih Piala Davis pun harus berlanjut, dengan gelar terakhir mereka didapat pada 2003. Namun Italia, yang terakhir mencapai final pada 1998 merayakan keberhasilannya saat pukulan De Minaur melebar untuk mengakhiri pertandingan.

Pada Sabtu (25/11), Italia hampir saja tersingkir tetapi Sinner menyelamatkan tiga match point saat melawan Djokovic untuk memaksa pertandingan ganda penentu dimainkan.

"Kemarin kita hanya berjarak satu poin dari kekalahan dan sekarang kita bisa merayakan kemenangan. Saya pikir kita semua bisa sangat, sangat bahagia," kata Sinner setelah mengakhiri penantian Italia selama 47 tahun, selisih waktu terpanjang ketiga antara gelar dalam sejarah Davis Cup.

Sinner yang kalah dalam pertarungan final ATP melawan Djokovic sepekan sebelumnya di Turin layak mendapatkan penghargaan khusus untuk penampilannya yang menakjubkan di Malaga. Dengan keberhasilannya memenangi kelima pertandingan rubber yang dia mainkan.

Dengan fokus permainan yang tajam sejak awal, dia mematahkan service lawan pada set pertama untuk memimpin 2-1 saat De Minaur memukul bola lob keluar dan kemudian menutupnya dengan pukulan forehand yang kuat.

Pada set kedua, Sinner menghasilkan 19 pukulan winner dengan hanya lima unforced errors untuk meraih kemenangan.

"Saya akan mencari cara untuk menjadi lebih baik untuk dapat menghadapi pemain-pemain seperti ini. Hari ini saya tidak tampil cukup baik," kata De Minaur yang juga merasakan kekecewaan bersama Australia dalam final tahun lalu.

Berjuang keras

Sementara itu, pada pertandingan pembuka, Arnaldi harus berjuang keras untuk mengalahkan Popyrin.

"Saya pikir saya memenangi salah satu pertandingan paling penting dalam hidup saya. Saya tidak tahu harus berkata apa sekarang. Saya minta maaf kepada Alexei karena dia pantas menang, pasti - dia bermain lebih baik, tetapi terkadang Piala Davis seperti ini,” kata Arnaldi dengan emosional.

Arnaldi yang menempati peringkat ke-44 bertukar break dengan Popyrin dan mengonversi set point keempatnya untuk memenangi set pertama.

Popyrin yang memimpin dengan kuat di set kedua melaju dengan dua break point untuk mempertahankan skor 4-0.

Arnaldi akhirnya mendapatkan poin di game kelima tetapi Popyrin mampu mematahkan service untuk memaksakan set ketiga dimainkan.

Arnaldi yang tidak konsisten menyelamatkan break point pada serve pertama, kedua, dan keempatnya tanpa memberi tekanan pada servis Popyrin, hingga dia mendapatkan break point yang berhasil dipatahkan oleh pemain berusia 24 tahun itu untuk membuat kedudukan menjadi 4-4.

Popyrin unggul tetapi tidak mampu memaksimalkannya dengan Arnaldi menyelamatkan break point lainnya dalam perjalanannya menuju keunggulan 5-4.

Meskipun dipecundangi pada sebagian besar jalannya set ketiga, Arnaldi mengonversi set point pertamanya untuk membawa Italia unggul dalam pertandingan dengan pukulan forehand yang kuat.

Kemenangan ini menandai tahun yang luar biasa bagi dunia tenis Italia setelah tim putri mereka menjadi runner up dalam Piala Billie Jean King.