Tes tusuk pakai glukometer bukan diagnosis diabetes

id tes glukometer,tes kadar gula darah,tes hba1c,berita sumsel, berita palembang

Tes tusuk pakai glukometer bukan diagnosis diabetes

Ilustrasi - Tes gula darah dengan glukometer. ANTARA/Shutterstock/pri.

Jakarta (ANTARA) - Pakar penyakit dalam dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia DR Dr Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD-KEMD, FINASIM mengatakan tes tusuk menggunakan glukometer sebenarnya cukup akurat untuk mengetahui kadar gula darah tetapi bukan untuk diagnosis.

"Tapi kalau sudah menderita diabetes, dalam pengobatan, untuk memonitor bagaimana gula darah, (glukometer) itu dianjurkan asal alatnya baik," ujar dia dalam Media briefing dengan topik "Bagaimana Menangani dan Mengatasi Diabetes di Indonesia?" yang digelar daring, Senin.

Menurut Soebagijo, pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes idealnya dilakukan setiap hari, yakni sebelum sarapan dan dua jam setelah sarapan.

Selain tes kadar gula darah, imbuh dia, pasien perlu memeriksa tekanan darahnya setiap hari khususnya mereka yang dalam terapi hipertensi. Pasien juga disarankan melakukan pemeriksaan kolesterol setidaknya tiga hingga enam bulan sekali.

Kemudian, terkait keperluan diagnosis diabetes, maka pemeriksaan HbA1c disarankan untuk dilakukan. Tes menggunakan sampel darah ini digunakan untuk mendiagnosis sekaligus bisa untuk mengontrol diabetes."HbA1c menunjukkan kadar gula selama tiga bulan ke belakang, itu umurnya eritrosit, Hb. Oleh karena itu pemeriksaan HBA1c kita anjurkan tiga bulan sekali. Itu bisa menunjukkan bagaimana kendali gula baik atau tidak," jelas Soebagijo.

Dia menambahkan, alasan lain pemeriksaan HbA1c disarankan tidak dilakukan setiap bulan karena biayanya mahal. Namun, Soebagijo tak merinci jumlah biaya yang perlu dikeluarkan untuk pemeriksaan HbA1c.

Lalu, dalam hal pengendalian diabetes pada pasien, hasil pemantauan salah satunya pemeriksaan HbA1c ditargetkan bisa kurang dari angka 7, kemudian untuk target kolesterol LDL di bawah 100 mg/dL, serta tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

"Bisa untuk pengendalian karena ada target, angkanya 7 (HbA1c). Kalau di bawah 7, kita sudah masukkan ke dalam pengendalian yang cukup baik, gulanya," demikian kata Soebagijo.

Sementara itu, dalam acara yang sama, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT berharap masyarakat bisa mengenali tanda-tanda secara dini penyakit diabetes terutama yang memiliki riwayat keluarga.

Kecurigaan seseorang mengalami diabetes perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti sering buang air kecil (poliuria), sering haus (polidipsia), lapar berlebihan (polifagia) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Keluhan lainnya yang perlu dicurigai diabetes termasuk lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita, atau sensasi rasa gatal pada vagina.