Masalah makan pada anak, kata dia, juga terjadi pada kasus memilih makanan tertentu atau dikenal dengan "selected eater".
“'Selected eater' ini masalahnya agak berat, pokoknya yang namanya sayur, dia (anak-anak) tidak mau semuanya, yang bentuk apapun nggak mau juga,” ucapnya.
Anak usia satu sampai dengan tiga tahun, menurut dia, sudah bisa diberikan makanan keluarga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi, sehingga tidak perlu lagi membuatkan jenis makanan yang lunak seperti bubur bayi.
Orang tua, ujar dia, juga harus berpatokan pada gizi seimbang dalam memberikan makanan kepada anak, terdiri atas makanan pokok, laut berprotein hewani dan nabati, serta sayuran dan buah-buahan.
“Jadi semuanya harus ada ya, ada sumber karbohidrat dari makanan pokok, seperti nasi, kentang, dan lainnya, ada juga protein, ada dari buah dan sayur juga,” ujarnya.
Pada masa balita, katanya, orang tua perlu mewaspadai pilih-pilih makanan atau "picky eater" yang terjadi pada anak.
Dirinya mengatakan pada rentang usia di bawah lima tahun, anak-anak sudah sadar akan sifat kewaspadaan dalam dirinya, cenderung berhati-hati atau waspada terhadap hal baru, termasuk makanan.
Rata-rata kebutuhan kalori anak usia balita dengan berat badan 13 kg dan tinggi 92 centimeter sekitar 1.350 kalori per hari.
Meski begitu, ia menjelaskan bahwa jumlah tepatnya bisa bervariasi tergantung tingkat pertumbuhan dan aktivitas masing-masing anak.
“Semakin bertambah usia anak, semakin banyak pula porsi makannya. Misalnya, porsi makan anak usia 1 tahun, yaitu seperempat porsi dewasa, sedangkan ketika berusia 3 tahun bisa mencapai setengah,” kata Damayanti.
Ia mengatakan bahwa pola makan yang baik dan benar perlu diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya agar terhindar dari stunting atau gizi buruk.