Pada hari ini, dia memprediksi potensi penguatan ke arah Rp15.100 per dolar AS dengan resisten di sekitar Rp15.180 per dolar AS.
Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena imbal hasil acuan obligasi Pemerintah AS 10-tahun turun, sementara semua mata tertuju pada data harga konsumen AS akan dirilis Rabu.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,24 persen menjadi 101,7344 pada akhir perdagangan.
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS telah mundur dari level tertinggi yang terlihat minggu lalu, dengan imbal hasil acuan 10-tahun turun di bawah 4,0 persen. Para pedagang menantikan laporan inflasi (IHK) Juni AS pada Rabu waktu setempat, yang diharapkan menunjukkan harga mendingin secara tahunan pada Juni.
"Jika laporan tersebut menunjukkan tanda-tanda lebih lanjut dari perlambatan inflasi, ini dapat memicu spekulasi seputar siklus kenaikan Fed yang hampir berakhir," kata Lukman Otunuga, analis pasar di FXTM.
Ekspektasi untuk harga konsumen inti AS telah meningkat 5,0 persen dalam basis tahun pada Juni. Data IHK seharusnya memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Fed dalam perjuangannya melawan inflasi yang sangat tinggi.
"Pelaku pasar harus ingat bahwa rilis data AS masih memiliki kapasitas untuk mengejutkan: jika ukuran inflasi inti atau 'supercore' mengejutkan naik, imbal hasil dapat naik sekali lagi, dan dolar mungkin melakukan rebound yang mengejutkan," kata Karl Schamotta, Kepala Strategi Pasar di Corpay di Toronto.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat 0,22 persen atau 34 poin menjadi Rp15.119 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.153 per dolar AS.