Jakarta (ANTARA) - Rupiah diperkirakan akan melemah di tengah sentimen risk off pasar dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS), setelah Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell memberikan sinyal bahwa The Fed bakal kembali menaikkan suku bunga.
Sinyal tersebut disampaikan dalam risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
"The Fed mensinyalkan paling tidak akan ada 1 kenaikan 25 bps dan kemungkinan 2 kali, walau masih akan terus memantau perkembangan ekonomi. The Fed juga masih melihat inflasi yang bertahan di atas target sebagai alasan pengetatan," ujar Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong, di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, posisi inflasi inti disebut masih di angka 5,3 persen, masih jauh dari target 2 persen dan juga lebih tinggi dari inflasi utama yang sebesar 4 persen. "The Fed melihat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 sebesar 2 persen masih cukup tinggi dan tingkat pengangguran yang rendah 3,7 persen, masih akan terus memberikan tekanan pada harga," ujar dia.Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah 0,31 persen atau 46 poin menjadi Rp15.063 per dolar AS, dari sebelumnya Rp15.017 per dolar AS.
Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve mengisyaratkan tekad untuk menaikkan suku bunga setelah jeda pada Juni 2023.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya meningkat 0,32 persen menjadi 103,3727 pada akhir perdagangan.
Menurut risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Juni yang dikeluarkan pada Rabu (5/7), hampir semua peserta mencatat dalam proyeksi ekonomi mereka bahwa mereka menilai "peningkatan tambahan dalam target suku bunga dana federal selama 2023 akan sesuai."
Anggota Fed juga meningkatkan perkiraan kenaikan suku bunga mereka, memperkirakan suku bunga terminal atau suku bunga puncak di 5,6 persen pada titik tengah tahun 2023, meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,1 persen yang terlihat pada Maret, menunjukkan dua kenaikan lagi di depan.