Asa keluarga agar misteri kematian anaknyaterungkap
Kejanggalan jelang korban tewas
Sementara itu, ibu kandung korban, Jane Riatri Timbonga, mengungkapkan, menjelang kematian anaknya, ia sempat berkomunikasi pada Rabu (24/5) pukul 08.34 Wita dan menelponnya bahwa sudah sampai sekolah. Kendati korban awalnya tidak ingin masuk sekolah, dan memberi tahu wali kelasnya dengan alasan sakit, ia akhirnya tetap pergi ke sekolah.
"Waktu itu, dia menelpon, saya bilang kalau memang sudah sampai, tolong fotokan (swafoto) (untuk) Mama, tapi langsung dia tutup. Sejak itu tidak ada komunikasi lagi. Waktu kejadian, ada chat ditunjukkan Fatimah Kalla, anaknya tidak mau pergi sekolah, tapi tidak saya perhatikan karena fokus anak saya masih di lapangan. Tiga hari setelah kejadian, saya ditunjukkan suami saya, barulah kuingat, (chat)," ungkapnya.
Meski demikian, ungkap Jane, dari chat media sosial yang dikirimkan pihak sekolah melalui suaminya lalu diperlihatkan, ia menduga ada "yang lain", terlihat ganjil dan bahasanya tertata, tidak seperti chat biasanya, sebab ia tahu persis karakter tulisan anaknya melalui chat.
"Saya tahu anak saya bagaimana, saya yakin 100 persen bahwa itu bukan tulisan anak saya. Saya tahu anak saya pandainya dan mengikuti saya, sains. Saya tahu anak saya tidak pandai berkata-kata, menyusun kata yang ada di chat itu," ujar Jane, yang juga guru, sembari meneteskan air mata.
Jane sangat berharap keadilan dan pengungkapan kematian anaknya segera ditegakkan aparat penegak hukum.
Walaupun sudah ada kesimpulan dari kepolisian bahwa anaknya diduga bunuh diri, sampai kini pihak keluarga belum menerima sepenuhnya kesimpulan itu karena ada banyak kejangggalan dan keganjilan yang belum diselidiki penyidik polisi.