Pontianak (ANTARA) - Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengimbau masyarakat, khususnya nasabah BRI, untuk mewaspadai penipuan dengan modus social engineering yang marak terjadi saat ini.
"Maraknya aksi kejahatan ini, mendorong BRI untuk terus mengajak nasabahnya dan semua pihak selalu mengedepankan kewaspadaan dalam menerima pesan dalam bentuk apapun, dengan tidak terburu-buru percaya dengan ajakan pesan tersebut," kata Aestika melalui keterangan tertulis, Kamis.
Baca juga: PN Palembang vonis enam terdakwa pembobol BRI empat tahun penjara
Pihaknya mengimbau nasabah lebih berhati-hati serta tidak menginformasikan kerahasiaan data pribadi dan data perbankan (nomor rekening, nomor kartu, PIN, user, password, OTP) kepada orang lain atau pihak yang mengatasnamakan BRI.
Baca juga: Polisi tangkap pembobol rekening nasabah BRI
"Hal ini kami sampaikan karena belum lama ini, terdapat beberapa nasabah yang menjadi korban penipuan tersebut, salah satunya adalah viralnya potongan rekaman warga di Padang Pariaman yang mendatangi unit kerja BRI karena menjadi korban penipuan, akibat memberikan user, password, dan OTP (One Time Password atau m-token) kepada pihak lain melalui link/tautan maupun jejaring pesan singkat," tuturnya.
BRI juga telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk segera menindak dan menangkap pelaku kejahatan perbankan tersebut, dengan melacak IP address para pelaku.
Baca juga: Direktur Banyumas TV bobol BRI Cabang Purbalingga Rp28,7 miliar
"Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, khususnya aparat penegak hukum untuk terus memantau, menyelidiki, dan menangkap pelaku kejahatan perbankan yang telah meresahkan masyarakat dan pihak perbankan," katanya.
Aestika menjelaskan cara kerja dari social engineering cukup cepat, bahkan kurang dari 5 menit. Pelaku berkomunikasi dengan korbannya melalui telepon ataupun layanan pesan singkat maupun chatting.
Baca juga: BRI: Dana hilang tidak lebih dari Rp1 miliar
Pelaku berusaha untuk menipu korban agar memberikan akses terhadap data-data pribadi seperti nomor kartu kredit, PIN, OTP, CVV/CVC, nama ibu kandung, dan data personel lainnya, kemudian saldo di rekening dapat raib.
Setelah memberikan akses data pribadi, pelaku langsung mengambil seluruh data yang diberikan sebelum korbannya sadar bahwa ia telah ditipu dan telah memberikan akses terhadap data pribadi kepada orang yang tidak dikenal.
"Serangan social engineering dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti melalui telepon, file yang didownload, pop up palsu, hingga yang paling sering, link palsu. Ada pun, ciri modus social engineering yang marak terjadi saat ini yaitu info perubahan tarif, tawaran menjadi nasabah prioritas, akun sosmed customer service palsu,tawaran menjadi agen Laku Pandai," katanya.
Berita Terkait
BRI: Jumlah Agen BRILinkcapai 1 juta per 25 Juli 2024
Jumat, 23 Agustus 2024 11:49 Wib
BRI jadi bank penyimpan dana margin di Kliring Berjangka Indonesia
Senin, 27 Mei 2024 12:38 Wib
BRI-Telkomsel sediakan ekosistem finansial dan digital bagi karyawan
Senin, 20 Mei 2024 13:05 Wib
BRI buka program rekrutmen pegawai baru BRILiaN Future Leader
Sabtu, 23 April 2022 5:04 Wib
Buyback BBRI akan menjadi katalis positif dan diapresiasi investor
Senin, 21 Februari 2022 19:58 Wib
BRI gali potensi talenta digital RI melalui BRIBRAIN Academy
Minggu, 20 Februari 2022 20:11 Wib
BRI catatkan pertumbuhan investor milenial bisnis Wealth Management 47 persen
Jumat, 18 Februari 2022 19:07 Wib
Saham BRI diproyeksikan sentuh level Rp5.500 dengan membaiknya optimisme
Selasa, 15 Februari 2022 19:29 Wib