Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso meyakini rencana pembelian kembali (buyback) saham PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk atau BBRI senilai Rp 3 triliun akan menjadi katalis positif dan diapresiasi oleh investor di pasar modal.
Menurut Aria, saham BBRI diprediksi memiliki potensi pertumbuhan yang meyakinkan dalam jangka panjang. BRI memiliki profitabilitas kuat yang tercermin dari raihan laba bersih perseroan yang sebesar Rp32,22 triliun atau tumbuh 75,53 persen (yoy) pada 2021.
"Masih bisa diharapkan bahwa manajemen mampu mengatasi kondisi saat ini untuk bertumbuh dan melewati masa krisis. Terbukti dari berbagai masa krisis yang sudah pernah diatasi di masa lalu. Kinerja saham BBRI masih akan bertumbuh secara jangka panjang," ujar Aria dalam keterangan di Jakarta, Senin.
BRI juga dinilai Aria sanggup menjawab tantangan di industri perbankan secara meyakinkan pada tahun lalu. Hal itu tampak dari pertumbuhan kredit BRI yang mencapai 7,1 persen (yoy) atau di atas industri perbankan nasional sebesar 5,24 persen (yoy).
Dari segi manajemen risiko, BRI berhasil mengendalikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 3,08 persen. Pengelolaan risiko yang solid tersebut juga ditunjang oleh NPL Coverage yang kuat di level 278,1 persen.
Baca juga: BRI gali potensi talenta digital RI melalui BRIBRAIN Academy
Dari segi pendanaan, BRI mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak ketiga (DPK) sebesar 7,1 persen (yoy) menjadi Rp1.138,7 triliun. Lebih rinci, tabungan mendominasi sebesar Rp497,68 triliun, giro tercatat sebesar Rp220,59 triliun, dan deposito sebesar Rp420,48 triliun.
Dengan kinerja yang sehat tersebut, Aria optimistis saham BBRI bisa menyentuh level Rp5.000.
"Oleh karena itu, angka target price di level 5.000 cukup realistis di saat ini. Bahkan skenario optimis sampai di level 5.250," kata Aria.
Di saat yang bersamaan, BRI berupaya meningkatkan loyalitas InsanBRILian (Pekerja BRI) melalui skema Employee Stock Option Plan (ESOP) yang akan ditempuh dalam buyback senilai Rp3 triliun mendatang. Aksi buyback itu, lanjut Aria, juga mengindikasikan optimisme kinerja keuangan BRI.
Baca juga: BRI catatkan pertumbuhan investor milenial bisnis Wealth Management 47 persen
Perkiraan nilai buyback saham tersebut belum termasuk biaya komisi perantara pedagang efek lainnya, yakni sekitar 0,33 persen dari nilai buyback. Buyback diperkirakan akan dilaksanakan pada rentang 1 Maret 2022 hingga 31 Agustus 2023.
"Walaupun secara laporan keuangan akan terpengaruh di jangka pendek, kita berharap menjadi sentimen positif di jangka menengah. Secara jangka panjang, BBRI masih baik dijadikan salah satu pilihan investasi," ujar Aria.
Baca juga: BRI mendorong pemerataan ekonomi melalui Holding Ultra Mikro
Buyback BBRI akan menjadi katalis positif dan diapresiasi investor
Dari segi manajemen risiko, BRI berhasil mengendalikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 3,08 persen. Pengelolaan risiko yang solid tersebut juga ditunjang oleh NPL Coverage yang kuat di level 278,1 persen