Dokter Maradona hadapi dakwaan pembunuhan berencana atas kematian sang legenda

id Maradona,kematian Maradona,dokter maradona dituduh bunuh berencana,pembunuhan berencana,mendiang maradona

Dokter Maradona hadapi dakwaan pembunuhan berencana atas kematian sang legenda

Mendiang Diego Maradona saat menjadi pelatih Argentina sebelum pertandingan Argentina vs Nigeria di FIFA World Cup, Afrika Selatan pada 12 Juni 2010. (REUTERS)

Jaksa yakin kematian Maradona bukanlah akibat malpraktek atau kelalaian dokternya, tetapi mereka tahu mantan bintang sepak bola itu akan mati dan tidak melakukan apa pun untuk mencegahnya

Jakarta (ANTARA) - Tujuh orang yang sedang diselidiki atas kematian legenda sepak bola Argentina Diego Maradona pada November 2020 menghadapi dakwaan pembunuhan berencana.

Tujuh terdakwa -- termasuk ahli bedah saraf Maradona, Leopoldo Luque, psikiater Agustina Cosachov dan psikolog Carlos Diaz -- menghadapi hukuman delapan hingga 25 tahun penjara jika terbukti bersalah.

Kantor Kejaksaan Agung San Isidro, yang memimpin penyelidikan, dikutip dari AFP, Kamis, mengatakan dakwaan tersebut didasarkan pada temuan dewan ahli atas kematian Maradona akibat serangan jantung tahun lalu.

Laporan tersebut menyimpulkan bahwa ikon sepak bola itu menerima perawatan medis yang tidak memadai dan dibiarkan untuk "periode yang menyakitkan dan berkepanjangan" sebelum kematiannya, yang terjadi hanya beberapa pekan setelah menjalani operasi otak pada pembekuan darah.

"Setelah begitu banyak ketidakadilan, kasus ini menjadi jelas," kata sumber tersebut kepada AFP.

Terdakwa dilarang meninggalkan negara itu dan harus hadir sebelum penyelidikan antara 31 Mei-14 Juni.

Proses hukum tersebut diawali oleh pengaduan yang diajukan oleh dua dari lima putri Maradona terhadap Luque, yang mereka salahkan atas kondisi ayah mereka yang memburuk setelah operasi otak.

Jaksa yakin kematian Maradona bukanlah akibat malpraktek atau kelalaian dokternya, tetapi mereka tahu mantan bintang sepak bola itu akan mati dan tidak melakukan apa pun untuk mencegahnya.

Jaksa mendapatkan serangkaian pesan dan audio yang menunjukkan tim medis mengetahui bahwa Maradona mengkonsumsi alkohol, obat psikiatri dan ganja dalam beberapa bulan terakhir dalam hidupnya.

Dalam kesimpulan laporan itu, dewan medis juga mengatakan bahwa "tanda-tanda risiko hidup" yang ditunjukkan oleh mantan bintang Napoli dan Barcelona itu diabaikan, dan bahwa perawatan dalam beberapa pekan terakhirnya "terganggu oleh penyimpangan".

Tuduhan atas kematian Maradona terjadi bersamaan dengan kasus lain, yakni perihal warisan yang disengketakan, yang melibatkan lima anaknya, saudara laki-lakinya dan Matias Morla, mantan pengacaranya.

Maradona adalah idola bagi jutaan orang Argentina setelah dia menginspirasi negara Amerika Selatan itu untuk meraih kemenangan Piala Dunia kedua mereka pada 1986.