Palembang (ANTARA) - Sebagian besar masyarakat masih menganggap produk Susu Kental Manis (SKM) sebagai produk susu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Majelis Kesehatan Pengurus Pusat Aisyiyah dalam dua tahun terakhir.
Ketua Majelis Kesehatan Pengurus Pusat Aisyiyah Chairunissa dalam diskusi secara virtual, Selasa, mengatakan, kondisi ini sangat memperihatinkan sehingga membutuhkan intervensi dari pemerintah dan berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat.
Berdasarkan survei yang dilakukan Aisyiyah pada 2019 di tiga provinsi yakn Aceh, Kalteng dan Sulut yang menyasar 2.700 responden diketahui bahwa satu dari tiga orang ibu itu percaya bahwa SKM merupakan produk susu. Padahal kandungan SKM itu 50 persen merupakan gula yang tidak baik dikonsumsi oleh anak-anak, bahkan usia di bawah 18 tahun.
Sebagian besar kalangan ibu-ibu ini terpedaya oleh iklan produk sehingga menyakini bahwa SKM itu merupakan susu yang baik dikonsumsi oleh anak-anak.
Berdasarkan hasil survei pula, diketahui bahwa 73 persen responden disesatkan oleh iklan produk tersebut, sementara ada pula sebanyak 13 persen yang dipengaruhi hal lain diantaranya edukasi menyesatkan dari petugas kesehatan.
“Lebih mengejutkan lagi, 3 dari 10 anak-anak di provinsi itu meminum SKM setiap hari karena harganya yang murah dan mudah didampatkan di warung-warung,” kata dia dalam Webinar Lindungi Anak Indonesia dari Stunting.
Baca juga: Program penurunan angka stunting di Sumatera Selatan dijamin tetap berjalan
Baca juga: Kekerdilan tidak hanya dialami keluarga miskin
Kemudian, Aisyiyah melanjutkan pada survei kedua yang dilakukan pada 2020 di wilayah Jabodetabek terkait konsumsi SKM di masyarakat.
Didapatkan fakta baru, ia melanjutkan, ternyata SKM yang dijual di supermarket dan pasar-pasar tradisional dan modern masih diletakkan dalam satu tempat dengan produk susu dengan persentase mencapai 62,7 persen
Hal ini membuat masyarakat beranggapan bahwa produk SKM ini merupakan produk susu, apalagi masih masuk juga dalam katalog dengan penamaan produk susu.
Untuk itu, Aisyiyah meminta pemerintah untuk peduli pada kondisi ini demi tumbuh kembang anak yang menjadi generasi bangsa.
Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia Arif Hidayat mengatakan produk SKM ini memiliki kandungan susu yang sangat sedikit malahan lebih tepat disebut sebagai sirup beraroma susu.
Menurutnya, kondisi ini patut menjadi perhatian pemerintah apalagi seorang bayi di Kendari diketahui meninggal dunia karena sejak usia empat bulan mengonsumsi SKM.
Begitu juga dengan kejadian di batam, yang mana ada bayi berusia dua tahun yang nyaris meninggal karena terlalu banyak mengonsumsi gula.
“Hal ini juga didukung dengan hasil survei kami yang mana 97 persen ibu-ibu di Kendari memiliki persepsi bahwa SKM adalah susu,” kata dia.
Baca juga: Ancaman hilangnya generasi
Baca juga: Cegah "stunting" melalui pemicuan STBM