Lagi, warga Banyuasin diterkam buaya, jasadnya belum kunjung ditemukan
Serangan terjadi saat korban dan rekannya, Karno, sedang mencuci kerang hasil tangkapan, tiba-tiba seekor buaya menerkam kaki Yanto lalu menyeretnya ke dalam sungai
Palembang (ANTARA) - Seorang warga Desa Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, diserang buaya muara dan menjadi konflik kedua kalinya dalam kurun sepekan terakhir.
Kepala Seksi Wilayah II Taman Nasional Sembilang Affan, Rabu, mengatakan korban serangan buaya yakni Yanto (30) merupakan pencari kerang, peristiwa serangan terjadi pada Senin (8/6) sore dan hingga Rabu siang jasadnya belum kunjung ditemukan.
"Dari informasi yang kami terima lokasi serangan berada di Pulau Tikus yang masih termasuk kawasan TN Sembilang dan memang habitatnya buaya," ujarnya dihubungi dari Palembang.
Berdasarkan informasi tertulis Pol Airud Polda Sumsel, serangan terjadi saat korban dan rekannya, Karno, sedang mencuci kerang hasil tangkapan, tiba-tiba seekor buaya menerkam kaki Yanto lalu menyeretnya ke dalam sungai.
Baca juga: Buaya terkam anak laki-laki di hadapan bapaknya sendiri saat cari daun nipah di perairan Sungsang
Baca juga: Geger, seorang kakek 85 tahun tewas diseret buaya saat cari ikan di sungai
Karno yang melihat kejadian naas itu tidak dapat berbuat banyak karena panjang buaya diperkirakan lima meter, namun mereka segera mencari pertolongan, sejak semalam tim Pol Airud telah berupaya mencari jasad korban namun tidak ketemu sehingga dilanjutkan kembali pada Rabu pagi.
Sementara menurut Affan di lokasi kejadian sudah terpasang papan peringatan bahwa lokasi tersebut merupakan habitat buaya, jarak lokasi dari pemukiman terdekat menempuh waktu perjalanan 45 menit dengan perahu cepat.
"Sebetulnya para nelayan yang biasa menyusuri perairan mengetahui di situ habitat buaya karena kalau lewat pasti kelihatan buayanya, hanya saja mungkin kadang kurang berhati-hati, sebab dimana ada buaya maka disitu juga biasanya banyak kerang," jelasnya.
Pihaknya telah mengirim tim ke lokasi kejadian untuk melakukan pendataan, serangan itu menjadi peristiwa kedua kalinya konflik buaya dan manusia dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Warga Desa Tangkit Jambi tangkap buaya sepanjang empat meter gunakan alat setrum
Sebelumnya pada 3 Juni 2020 seorang warga bernama Joni (30) juga diserang dan diseret buaya ke dalam Sungai Sungsang Kabupaten Banyuasin, jasadnya baru ditemukan tim gabungan Lanal Palembang - Polairud Sumsel dibantu warga 12 jam kemudian.
Affan menduga serangan yang terjadi dalam waktu berdekatan tersebut dipengaruhi faktor tinggi muka air sungai, cuaca dan musim kawin buaya muara.
"Bulan-bulan ini memang musim kawinnya buaya, lalu kondisi udara juga hangat dan kondisi air agak keruh karena akhir-akhir ini sering hujan, itu mendukung terjadinya konflik" tambahnya.
Kepala Seksi Wilayah II Taman Nasional Sembilang Affan, Rabu, mengatakan korban serangan buaya yakni Yanto (30) merupakan pencari kerang, peristiwa serangan terjadi pada Senin (8/6) sore dan hingga Rabu siang jasadnya belum kunjung ditemukan.
"Dari informasi yang kami terima lokasi serangan berada di Pulau Tikus yang masih termasuk kawasan TN Sembilang dan memang habitatnya buaya," ujarnya dihubungi dari Palembang.
Berdasarkan informasi tertulis Pol Airud Polda Sumsel, serangan terjadi saat korban dan rekannya, Karno, sedang mencuci kerang hasil tangkapan, tiba-tiba seekor buaya menerkam kaki Yanto lalu menyeretnya ke dalam sungai.
Baca juga: Buaya terkam anak laki-laki di hadapan bapaknya sendiri saat cari daun nipah di perairan Sungsang
Baca juga: Geger, seorang kakek 85 tahun tewas diseret buaya saat cari ikan di sungai
Karno yang melihat kejadian naas itu tidak dapat berbuat banyak karena panjang buaya diperkirakan lima meter, namun mereka segera mencari pertolongan, sejak semalam tim Pol Airud telah berupaya mencari jasad korban namun tidak ketemu sehingga dilanjutkan kembali pada Rabu pagi.
Sementara menurut Affan di lokasi kejadian sudah terpasang papan peringatan bahwa lokasi tersebut merupakan habitat buaya, jarak lokasi dari pemukiman terdekat menempuh waktu perjalanan 45 menit dengan perahu cepat.
"Sebetulnya para nelayan yang biasa menyusuri perairan mengetahui di situ habitat buaya karena kalau lewat pasti kelihatan buayanya, hanya saja mungkin kadang kurang berhati-hati, sebab dimana ada buaya maka disitu juga biasanya banyak kerang," jelasnya.
Pihaknya telah mengirim tim ke lokasi kejadian untuk melakukan pendataan, serangan itu menjadi peristiwa kedua kalinya konflik buaya dan manusia dalam sepekan terakhir.
Baca juga: Warga Desa Tangkit Jambi tangkap buaya sepanjang empat meter gunakan alat setrum
Sebelumnya pada 3 Juni 2020 seorang warga bernama Joni (30) juga diserang dan diseret buaya ke dalam Sungai Sungsang Kabupaten Banyuasin, jasadnya baru ditemukan tim gabungan Lanal Palembang - Polairud Sumsel dibantu warga 12 jam kemudian.
Affan menduga serangan yang terjadi dalam waktu berdekatan tersebut dipengaruhi faktor tinggi muka air sungai, cuaca dan musim kawin buaya muara.
"Bulan-bulan ini memang musim kawinnya buaya, lalu kondisi udara juga hangat dan kondisi air agak keruh karena akhir-akhir ini sering hujan, itu mendukung terjadinya konflik" tambahnya.