Setelah buruh pabrik Sampoerna, kini tujuh buruh linting pabrik rokok Tulungagung reaktif COVID-19
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Tim epidemologi kembali menemukan tujuh buruh linting di Pabrik Rokok Simustika, Tulungagung, Jawa Timur, yang terkonfirmasi reaktif infeksi berdasar hasil tes cepat (rapid test) COVID-19 di Puskesmas Bangunjaya, Kecamatan Pakel, Senin.
Ke tujuh buruh linting itu langsung dilakukan tindakan karantina ke Rusunawa IAIN Tulungagung, bergabung dengan 17 buruh linting sebelumnya yang lebih dulu terkonfirmasi reaktif dan dibantarkan ke rusunawa mahasiswa tersebut.
Sayangnya, dari total 170-an buruh linting yang dijadwalkan melakukan pemeriksaan kesehatan tes cepat gelombang kedua hari ini, Sekretaris Posko Kesehatan COVID-19 Tulungagung Didik Eka menyebut hanya 37 orang atau 21,7 persen yang hadir.
"Ada sekitar 133 pekerja dari Kediri yang tidak hadir karena tidak ada kendaraan (bus) yang mengangkut (menjemput) mereka hari ini," kata Didik Eka menjelaskan.
Belum ada solusi lanjutan dilakukan tim epidemologi ataupun posko Kesehatan COVID-19 Tulungagung terkait 130-an buruh linting asal Kediri yang belum mengikuti pemeriksaan secara rapid test.
Mereka memilih konsentrasi menangani tujuh temuan kasus baru tersebut dengan melakukan swab PCR dan membawa para buruh linting ke gedung Rusunawa IAIN Tulungagung.
Hasil swab selanjutnya dikirim ke Balitbangkes Kemenkes Jakarta untuk memastikan apakah ke tujuh buruh linting benar-benar terpapar COVID-19 atau tidak.
Sebelumnya, Sabtu (2/5) rapid test telah dilakukan terhadap 214 buruh linting di pabrik rokok yang sama.
Hasilnya, 17 orang ditemukan reaktif infeksi COVID-19.
Tujuh dari 17 buruh linting yang reaktif COVID-19 dan berstatus PDP (pasien dalam pengawasan) itu merupakan warga Tulungagung, sehingga terhadap mereka diberlakukan kebijakan karantina di Rusunawa IAIN Tulungagung.
Sementara 10 buruh linting lainnya dilimpahkan ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan Wabah COVID-19 daerah asal masing-masing (5 dari Kota Kediri, dan 5 dari Kabupaten Kediri).
Total buruh linting di pabrik rokok Simustika yang dinyatakan reaktif COVID-19 dengan demikian berjumlah 24 orang.
Jumlah ini kemungkinan masih akan terus membengkak mengingat para buruh tersebut saling kontak erat dengan PDP saat mereka masih aktif bekerja seperti hari biasa. (*)
Ke tujuh buruh linting itu langsung dilakukan tindakan karantina ke Rusunawa IAIN Tulungagung, bergabung dengan 17 buruh linting sebelumnya yang lebih dulu terkonfirmasi reaktif dan dibantarkan ke rusunawa mahasiswa tersebut.
Sayangnya, dari total 170-an buruh linting yang dijadwalkan melakukan pemeriksaan kesehatan tes cepat gelombang kedua hari ini, Sekretaris Posko Kesehatan COVID-19 Tulungagung Didik Eka menyebut hanya 37 orang atau 21,7 persen yang hadir.
"Ada sekitar 133 pekerja dari Kediri yang tidak hadir karena tidak ada kendaraan (bus) yang mengangkut (menjemput) mereka hari ini," kata Didik Eka menjelaskan.
Belum ada solusi lanjutan dilakukan tim epidemologi ataupun posko Kesehatan COVID-19 Tulungagung terkait 130-an buruh linting asal Kediri yang belum mengikuti pemeriksaan secara rapid test.
Mereka memilih konsentrasi menangani tujuh temuan kasus baru tersebut dengan melakukan swab PCR dan membawa para buruh linting ke gedung Rusunawa IAIN Tulungagung.
Hasil swab selanjutnya dikirim ke Balitbangkes Kemenkes Jakarta untuk memastikan apakah ke tujuh buruh linting benar-benar terpapar COVID-19 atau tidak.
Sebelumnya, Sabtu (2/5) rapid test telah dilakukan terhadap 214 buruh linting di pabrik rokok yang sama.
Hasilnya, 17 orang ditemukan reaktif infeksi COVID-19.
Tujuh dari 17 buruh linting yang reaktif COVID-19 dan berstatus PDP (pasien dalam pengawasan) itu merupakan warga Tulungagung, sehingga terhadap mereka diberlakukan kebijakan karantina di Rusunawa IAIN Tulungagung.
Sementara 10 buruh linting lainnya dilimpahkan ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan Wabah COVID-19 daerah asal masing-masing (5 dari Kota Kediri, dan 5 dari Kabupaten Kediri).
Total buruh linting di pabrik rokok Simustika yang dinyatakan reaktif COVID-19 dengan demikian berjumlah 24 orang.
Jumlah ini kemungkinan masih akan terus membengkak mengingat para buruh tersebut saling kontak erat dengan PDP saat mereka masih aktif bekerja seperti hari biasa. (*)