Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan akan segera berkoordinasi dengan lembaga internasional untuk radio telekomunikasi, International Telecommunication Union (ITU), soal satelit Nusantara Dua yang gagal mencapai orbit setelah diluncurkan.
"Dalam jangka panjang, pemerintah akan berkoordinasi dengan ITU supaya slot orbit bisa digunakan Indonesia," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, saat jumpa pers yang disiarkan langsung, Jumat.
Dalam jangka pendek, Kominfo akan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN untuk melihat kemungkinan menggunakan satelit lain yang saat ini beroperasi, agar aktivitas penyiaran tetap berjalan.
Satelit Nusantara Dua, kemitraan Indosat Ooredoo dengan PT Pasifik Satelit Nusantara, gagal mencapai orbit setelah diluncurkan dari Xichang Satellite Launch Center (XLSC) di Xichang, China pada Kamis (9/4) pukul 19.46 waktu setempat.
Baca juga: Tak menyala, Satelit Nusantara Dua gagal mengorbit ke angkasa dari China, Kamis
Kegagalan berada di tahap, stage, ketiga peluncuran, satu dari dua roket di pesawat ulang alik tidak berfungsi sehingga pesawat tidak memiliki kecepatan yang cukup untuk mencapai orbit di 113 derajat Bujur Timur.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, Ismail, menyatakan sudah menerima pernyataan resmi dari Indosat Ooredoo dan PSN soal satelit gagal orbit.
Kominfo dalam waktu dekat akan mengirimkan surat kepada ITU agar Indonesia diberikan status force majeur untuk peristiwa ini.
"Langkah ini akan kami tindak lanjuti segera," kata Ismail, dalam jumpa pers yang sama.
Indonesia pernah mengalami kejadian serupa pada tiga tahun yang lalu, dalam kondisi demikian, ITU akan memberikan status force majeur. Indonesia akan diberikan perpanjangan waktu untuk menyiapkan satelit pengganti.
Koordinasi tersebut sangat diperlukan agar seluruh frekuensi yang sudah ditetapkan di slot orbit 113 derajat Bujur Timur tetap menjadi milik Indonesia dan dapat beroperasi di masa depan.
Menurut Ismail, Kominfo akan memasukkan proposal sebelum 15 Juni agar dapat dibahas dalam sidang Radio Revolution Board, yang akan berlangsung pada 6 hingga 15 Juli mendatang.
Satelit Nusantara Dua menurut rencana awal akan menggantikan satelit Palapa D, yang masa orbit akan habis pada Juli tahun ini. Palapa D selama ini digunakan oleh para perusahaan dan lembaga yang bergerak di bidang penyiaran.