Makassar (ANTARA) - Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Erwin Akib menyatakan penunjukan Nadiem Makarim yang berusia 35 tahun sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sesuai dengan tuntutan zaman di era Revolusi Industri 4.0.
"Sekarang adalah era Revolusi Industri 4.0. Era ini menunjukkan jika pengalaman, usia dan lainnya itu tidak mutlak menjadi penentu atau menjadi leader, kita butuh gagasan baru terobosan baru dan langkah awal ditunjuknya Nadiem Makarim merupakan pintu awal dari era itu," ujar Erwin Akib di Makassar, Kamis.
Ia mengatakan jika melihat latar belakang usia dan pengalaman menteri termuda di Indonesia ini, pasti akan muncul keraguan dari berbagai kalangan, apakah usia muda dan pengalaman itu bisa memberikan perubahan besar dalam dunia pendidikan.
Namun menurut dia, Mendikbud yang baru cukup relevan dengan tantangan pendidikan di era disrupsi saat ini. Ia menyatakan tantangan dunia pendidikan saat ini berbeda dengan tantangan pendidikan pada dekade-dekade sebelumnya.
"Kita berada di era revolusi industri 4.0. Tantangan yang kita hadapi berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya. Kita butuh sosok leader di bidang pendidikan yang memahami zaman baru ini," jelasnya.
Meskipun dirinya sangat optimis akan adanya inovasi dan terobosan dalam dunia pendidikan di bawah kendali Nadiem Makarim, dirinya juga mengingatkan jika ingin menata lembaga pendidikan, mulai TK hingga perguruan tinggi, tidaklah mudan.
Apalagi Mendikbud harus memimpin puluhan ribu guru dan dosen, termasuk para guru besar yang tersebar di berbagai perguruan tinggi.
"Analoginya, Kemendikbud ini pesawat Boeing, besar dan banyak penumpang. Bukan pesawat tempur seperti F-16. Jika ingin melakukan perubahan, harus betul-betul dengan kajian matang, agar sesuai dengan kebutuhan semua stakeholder. Bukan pula kebijakan yang sekadar bersifat sensasional," katanya.
Erwin Akib menyatakan target Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, agar terjadi kesesuaian antara kompetensi alumni lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.
"Kami memahami cara pandang Pak Jokowi, yang ingin pendidikan dikelola secara out of the box. Tidak terpasung dengan rutinitas dan tradisi selama ini. Kita harus melakukan lompatan," terangnya.
Secara khusus di level pendidikan dasar dan menengah, Erwin mengingatkan sejumlah tantangan dan masalah yang harus ditangani Mendikbud, mulai dari masalah-masalah klasik hingga kontemporer.
"Pak Nadiem harus menjawab soal nasib guru honorer, maksimalisasi sertifikasi guru, pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, serta sebaran tenaga pendidik," urai Erwin.
Selain itu, pihaknya juga mendorong pemerataan akses teknologi dan informasi bagi seluruh jenjang pendidikan, khususnya di kawasan 3T. Pengembangan dan penguatan SMK (vocational school) juga perlu mendapat dukungan maksimal.
Berita Terkait
Pemkab Musi Banyuasin berikan beasiswa kuliah S2 kepada 59 mahasiswa
Sabtu, 27 Januari 2024 21:20 Wib
Prodi Teknik Mesin FKIP Unsri gelar kegiatan pengabdian masyarakat di OKI
Kamis, 16 November 2023 14:43 Wib
Oknum dosen Unsri divonis enam tahun penjara terkait kasus pelecehan seksual
Kamis, 14 April 2022 16:27 Wib
Polisi agendakan rekonstruksi ulang kasus pelecehan seksual di Unsri
Selasa, 21 Desember 2021 14:34 Wib
Polisi periksa intensif oknum dosen Unsri yang diduga pelaku pelecehan
Senin, 6 Desember 2021 13:45 Wib
Polda Sumsel jadwalkan lagi pemeriksaan terlapor pelecehan mahasiswi
Sabtu, 4 Desember 2021 9:53 Wib
S1 PG-PAUD ULM Indonesia menuju akreditasi ASEAN
Sabtu, 27 April 2019 12:08 Wib