Sabang, Aceh (Antarasumsel.com) - Energi alternatif atau Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan murah.
EBT tidak menimbulkan dampak buruk sebagaimana dihasilkan oleh produksi energi konvensional atau energi dari fosil selama ini masih banyak digunakan.
Energi ini pun harganya sangat terjangkau atau bahkan gratis.
Selain itu, energi alternatif juga merupakan energi yang mudah diperbaharui oleh alam dan tidak seperti produksi energi konvensional yang bersumber dari fosil atau energi nuklir.
Provinsi paling ujung barat Sumatera (Kota Sabang) terdapat empat kawah gunung api aktif bertipe-C, dan masing-masing kawah jaraknya sekitar 100 meter sampai dengan satu kilometer sebagai sumber panas bumi yang akan diolah menjadi energi alternatif pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pembangkit listrik konvensional.
PT Sabang Geothermal Energi (SGE) yang berkedudukan di Sabang memperoleh izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengolah panas bumi Jaboi itu menjadi sumber energi alternatif.
"Panas bumi merupakan salah sumber energi alternatif, dan hasil penelitian sejumlah pihak indikasi panas bumi Jaboi sangat bagus, diperkirakan PLTP Geothermal Jaboi akan menghasilkan energi listrik berdaya 80 megawatt (MW)," ujar Direktur Utama PT SGE Sayogi Sudarman.
Energi alternatif tersebut tidak menimbulkan konsekuensi sebagaimana yang ditimbulkan oleh produksi energi konvensional yang bersumber dari fosil atau energi nuklir.
Selain itu, energi alternatif yang bersumber geothermal, tenaga surya, tenaga air, biomassa, hydropower, tenaga angin, dan lainnya, dengan harganya yang sangat terjangkau bahkan gratis.
Sejumlah negara terus menggalakkan energi alternatif maupun EBT tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat seiring dengan tumbuh kembang penduduk bumi.
"Saya mengharapkan dukungan dari semua pihak untuk pengembangan energi panas bumi Jaboi, Sabang, dan jika ini terwujud dipastikan Sabang tidak akan mengalami krisis energi listrik," ujar Direktur Utama PT SGE itu pula.
Sayogi menuturkan, PT SGE yang mengerjakan pengeboran panas bumi geothermal Jaboi memiliki tenggang waktu yang diberikan oleh menteri ESDM menargetkan pengeboran sumur tahap pertama pembangkit listrik geothermal ini rampung selama satu bulan.
"Izin yang diberikan menteri ESDM pengeboran tahap pertama selesai satu bulan, dan kami akan bekerja secara optimal untuk percepatan pengeborannya," kata Sayogi.
Pengeboran tahap pertama itu direncanakan rampung pada Februari 2017, dan selanjutnya Sayogi menyatakan PT SGE akan melakukan pengeboran pembangkit listrik geothermal itu pada empat titik yang berdekatan.
"Diperkirakan pengeboran pertama akan menghasilkan energi listrik 10 sampai dengan 15 MW, dan kami menargetkan pengeboran rampung pada tahun 2018 atau 2019. Kami rencanakan setelah itu mulai menyalurkan energi listrik yang dihasilkan sekitar 80 MW," katanya pula.
Artinya, jika energi yang dihasilkan dari PLTP Geothermal Jaboi, Sabang, Aceh 80 MW, maka energi tersebut melebihi kebutuhan warga Sabang, mengingat kebutuhan energi untuk warga Sabang dan pelaku usaha industri kecil menengah lainnya keseluruhan saat ini sekitar 5,5 MW dan daya yang tersedia dari PT PLN (Persero) Rayon Sabang mencapai 7,8 MW.
Menanggapi hal tersebut, PT SGE pun sudah punya alternatif dan energi yang dihasilkan itu akan disuplai ke PT PLN (Persero) Wilayah Banda Aceh melalui kabel optik bawah laut.
"Energi listrik yang dihasilkan PLTP Geothermal Jaboi sekitar 80 MW, dan nantinya akan kami jual ke PT PLN di Banda Aceh melalui kabel bawah laut. Kami sudah kontrak kerja dengan PT PLN, sehingga berani melakukan pengeboran," ujar Sayogi pula.
Sebelumnya, Manajer PT PLN (Persero) Rayon Kota Sabang Mizwar mengkhawatirkan, pada tahun 2017 pulau paling ujung barat Indonesia yang ditempati sekitar 38 ribu penduduk terancam akan mengalami krisis energi listrik karena pertumbuhan penduduk dan pengembangan insfrastruktur sebagai fasilitas pendukung industri pariwisata.
"Jika 2017 tidak ada pembangunan pembangkit listrik dikhawatirkan di Sabang akan mengalami krisis energi listrik," katanya pula.
Miswar menjelaskan, PT PLN (Persero) Rayon Kota Sabang saat ini memiliki daya sekitar 7,8 MW, sementara daya yang digunakan oleh semua pelanggan se-Kota Sabang sebanyak 5,5 MW.
"Jumlah pelanggan PLN keseluruhan 11.901, dan daya yang terpakai 5,5 MW, serta daya yang tidak terpakai 2,3 MW. Namun seiring pertumbuhan penduduk dan peningkatan usaha industri pariwisata dikhawatirkan pada tahun 2017 Sabang akan dilanda krisis energi," katanya lagi.
Pengembangan PLTP Geothermal Jaboi, Sabang diharapkan menjadi solusi nyata untuk memenuhi serta mendukung kebutuhan energi listrik di pulau paling ujung barat Indonesia, dan direncanakan PLTP Geothermal Jaboi, Sabang akan rampung serta siap menyuplai energi listrik pada akhir 2018 dengan daya dihasilkan sebanyak 80 MW.
Salah satu tokoh masyarakat Sabang yang menjabat sebagai Panglima Laot (Lembaga Adat Laut) Wilayah Jaboi, Sabang Hamdan berharap, dengan adanya pengembangan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Geothermal Jaboi ketersedian energi listrik sebagai pendukung utama pengembangan industri terpenuhi di Sabang.
"Selama ini aliran listrik sering padam, dan kami berharap kehadiran PLTP Geothermal Jaboi dapat memenuhi kebutuhan energi listrik untuk pengembangan Sabang sebagai daerah kunjungan wisata," katanya berharap.
PLTP Geothermal Jaboi, Sabang itu berdiri di atas lahan enam hektare, dan PT SGE yang mengeksploitasi energi panas bumi itu menyatakan, konsisten menjaga kelestarian lingkungan sekitar sebagai mana mandat yang diberikan Kementerian ESDM.
"Kami hanya menggunakan lahan 6 hektare untuk keseluruhan areal pengembangan PLTP Geothermal Jaboi, Sabang, dan kami tidak akan memperluas area pengembangan PLTP ini," kata Manajer Proyek dan Kepala Teknis PLTP Jaboi Sabang Martoyo.
Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Sabang Zulkifli HS yang meresmikan pengeboran sumur perdana PLTP Geothermal Jaboi, Sabang menyampaikan, keberanian manajemen PT SGE mengembangkan pembangkit listrik panas bumi patut diapresiasi oleh semua pihak.
"Pembangunan PLTP ini sangat fundamental dan pertama dilakukan di Aceh. Untuk itu, saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif sejak tahun 2000-an sampai terwujud pembangunan pembangkit energi listrik alternatif ini," ujarnya lagi.
Plt Wali Kota Sabang itu juga meminta kepada PT SGE yang mengeksploitasi panas bumi Jaboi berperan aktif melestarikan lingkugan sekitar.
"Semua pihak harus mendukung pembangunan PLTP ini, dan saya minta kepada PT SGE untuk melestarikan lingkungan sekitar serta tidak mer=ngubah fungsi utama hutan," kata dia.
Mantan Pj Wali Kota Sabang tahun 2012 itu, juga meminta manajemen PT SGE menghormati semua pekerja serta memberikan hak-haknya, selain itu juga memperhatikan keamanan, kesehatan, dan Keselamatan (K3) pekerja.
Pembangunan PLTP Geothermal Jaboi, Sabang berdaya 80 MW merupakan bagian dari program unggulan Presiden Joko Widodo melalui Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral yang telah mencanangkan pembangunan pembangkit ernergi listrik dari Sabang sampai dengan Merauke pada tahun 2015 sampai dengan 2019 berdaya 35.000 MW.
Alternatif energi yang ramah lingkungan dan lebih murah ini, dengan sumber berlimpah di Indonesia termasuk di Aceh ini, diharapkan memberikan solusi atas ancaman terjadi krisis energi di masa depan.