Petani lebak diminta tidak gunakan tengkulak

id petani, hasil panen, menjual padi kepada tengkulak, penadah

Petani lebak diminta tidak gunakan tengkulak

Sejumlah petani memanen padi menggunakan perahu berbahan terpal di sawah mereka yang terendam air Desa Nusantara, Kecamatan Airsugihan, Ogan Komering Ilir, Sumsel, Jumat (17/1). (Foto Antarasumsel.com/14/Feny Selly/Aw)

Lebak (ANTARA Sumsel) - Petani Kabupaten Lebak, Banten, diminta tidak menggunakan tengkulak untuk menjual komoditi produksi pertanian pangan, hortikulturan dan palawija.

"Kami mendorong petani menjual langsung ke Pasar Subuh Rangkasbitung, karena bisa menguntungkan," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Selasa.

Penjualan komoditas pertanian langsung ke pasar bisa menikmati keuntungan bagi petani dibandingkan ditampung oleh tengkulak.

Saat ini, kebanyakan petani masih menggunakan tengkulak dengan alasan lebih cepat menerima uang.

Padahal, harga yang ditampung tengkulak tidak menguntungkan pendapatan petani.

Karena itu, pihaknya mengajak petani agar menjual produk komoditas pertanian ke pasar Subuh Rangkasbitung.

"Kami yakin pasar subuh itu dapat memutus mata rantai tata niaga penjualan produk pertanian tanpa tengkulak," katanya.

Selama ini, kata dia, kehadiran pasar subuh bisa membantu pendapatan petani karena  menjual secara langsung ke konsumen.

Sebab, pasar subuh Rangkasbitung berpeluang besar terhadap pemasaran petani lokal untuk memenuhi permintaan tanaman sayur-sayuran dan tidak mendatangkan dari luar daerah.

Pemerintah daerah terus mengembangkan budi daya agrobisnis pertanian hortikultura karena dapat meningkatkan pendapatan ekonomi petani.

"Kami minta petani terus mengembangkan tanaman sayuran dan palawija guna meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga," katanya.

Nanil (50) seorang petani Desa Asem Margaluyu Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak mengatakan dirinya merasa terbantu dengan pasar subuh itu karena bisa menjual langsung ke konsumen.

Penjualan ke pasar subuh itu kini bisa mengeruk keuntungan cukup lumayan dibandingkan dijual ke tengkulak.

Saat ini, dirinya mengembangkan tanaman hortikultura dengan jenis sayuran, seperti ketimun, paria, kacang panjang dan kangkung.

Produksi tanaman sayuran itu langsung dijual ke pasar subuh Rangkasbitung dengan harga relatif bagus.

"Kami setiap dua hari berjualan di pasar subuh itu dengan menjual kacang panjang Rp6.000/ kilogram. Harga sebesar itu tentu menguntungkan dibandingkan ditampung oleh tengkulak dengan harga Rp3.500/Kg," katanya.

Sementara itu, Eman (55), petani warga Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak mengaku dirinya menjual ketimun bandana di Pasar Subuh Rangkasbitung karena permintaan pasar cukup tinggi.

Keunggulan ketimun bandana itu tidak banyak mengeluarkan air juga tahan lama serta ukurannya kecil.

Ketimun bandana hanya bisa dijumpai di pasar subuh Rangkasbitung karena permintaan masyarakat cukup tinggi, terlebih bulan suci Ramadhan 1437 Hijriah.