Menjaga kestabilan harga jelang Ramadhan

id operasi pasar, gula kristal putih, gula pasir, harga sembako, sembako

Menjaga kestabilan harga jelang Ramadhan

Ilustrasi - Warga membeli beras berkualitas medium saat operasi pasar yang dilaksanakan Bulog Divre Sumsel di Pasar Lemabang, Palembang, Sumsel. (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Pemerintah menggelar operasi pasar di sejumlah kota untuk menstabilkan harga gula kristal putih (pasir) yang mulai bergerak naik sejak awal Mei 2016.

Kenaikan harga gula pada dua pekan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran karena sudah melesat meninggalkan harga acuan Rp12.500 per kg menjadi Rp14.000/kg untuk wilayah Sumatera, dan Rp16.000 kawasan timur Indonesia.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Sri Agustina yang diwawancarai seusai memantau langsung pasar murah gula putih kristal di Pasar Cinde, Palembang, Selasa (14/5), mengatakan, berdasarkan pemantauan di lapangan hanya Jawa saja yang masih bisa mengendalikan harga gula pasir sekitar Rp11.800/kg.

"Kondisi ini jika tidak diantisipasi maka dikhawatirkan akan menimbulkan lonjakan harga yang cukup tinggi di masyarakat karena sebentar lagi akan masuk Ramadhan," kata Sri.

Terkait langkah antisipasi itu, Kementerian Perdagangan menunjuk PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) untuk menjalankan tugas pemerintah dalam mengintervensi pasar ini.

Penunjukkan BUMN ini mengacu pada intruksi presiden untuk bekerja lintas sektoral dalam mengendalikan harga kebutuhan pokok.

PT PPI menggelar pasar murah sejak 14 Mei secara serentak di 60 titik pasar di seluruh Indonesia, di antaranya di Jakarta, Cirebon, Madiun, Surabaya, Bandung, dan Palembang.

Rencananya pasar murah ini berlangsung hingga 18 hari ke depan atau H-7 Ramadhan dan mencapai 500 titik pasar dengan melepas puluhan ton gula pasir yang merupakan pembelian pemerintah ke produsen.

Untuk kota Palembang, PT PPI berencana melepas 18 ton gula pasir dalam 18 hari periode pasar murah ini.

Ia mengemukakan kestabilan harga gula menjadi perhatian pemerintah karena harga komoditas ini terus bergerak jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Angka rata-rata nasional saat ini sudah menembus Rp14.800/kg, harapannya dengan ada operasi pasar ini bisa kembali ke harga acuan Rp12.500/kg," kata dia.

Dikemukakan, operasi pasar ini merupakan salah satu langkah antisipasi sesuai instruksi Presiden Joko Widodo yakni hendaklah bersiap dari jauh-jauh hari atas kemungkinan terjadinya kekurangan pasokan kebutuhan pokok.

Berdasarkan pemeriksaan pemerintah terbaru diketahui bahwa stok gula hanya bisa bertahan untuk satu bulan lagi yakni tersisa di gudang hanya 232 ribu ton, sementara kebutuhan nasional secara bulanan berkisar 220 ribu ton.

Keadaan ini disebabkan terjadi keterlambatan musim giling di sentra produksi gula, sehingga gula hasil panen diperkirakan baru akan dilepas di pasaran pada awal Juni 2016.

Menurutnya, jika keadaan ini tidak diantisipasi dini maka bakal menimbulkan kenaikan harga karena para pedagangan secara otomatis menaikkan harga lantaran tingginya permintaan dalam beberapa pekan ke depan.

"Untuk itu dilakukan operasi pasar ini, seperti di Pasar Cinde dengan memberikan harga Rp12 ribu per kg dan diizinkan membeli langsung sebanyak 3 kg. Dengan begini, dipastikan pada dua pekan ke depan akan terjadi penurunan permintaan di pasar karena keluarga sudah menyetok terlebih dahulu," kata dia.

Kemendag berharap pasar murah yang dilakukan PT PPI ini akan membantu pemerintah menstabilkan harga gula agar tidak terangkat naik sampai Juni (ketika hasil panen masuk).

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis PT PPI Charles Sitorus mengatakan pada pasar murah di Palembang ini, perusahaannya melepas sebanyak 18 ton gula pasir.

Untuk mengoptimalkan operasi pasar ini, PPI juga bekerja sama dengan agen warung yang mencapai 6.000 agen di seluruh Indonesia untuk memasarkan gula ini.

"Para agen ini membeli di PPI dan diwajibkan menjualnya sesuai dengan harga yang ditetapkan PPI," kata dia.

Hal serupa juga akan dilakukan pada daging sapi sebagai salah satu kebutuhan pokok yang dipercayai selalu naik setiap jelang Ramadhan dan Lebaran.

Presiden Joko Widodo, dalam rapat terbatas persiapan menghadapi puasa dan Lebaran 2016 di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (26/4), mengatakan sudah saatnya Indonesia lepas dari jebakan kenaikan harga ini.

"Saya ingin harga daging sapi paling tidak 80 ribu per kilogram," kata Jokowi.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Sri Agustina mengatakan seperti halnya gula pasir, pemerintah juga akan menggelar operasi pasar daging sapi di sejumlah provinsi untuk menekan kenaikan harga menjelang Ramadhan dan Lebaran.

"Sudah diputuskan bahwa tugas operasi pasar daging sapi ini akan diberikan ke BUMN PT Berdikari (Persero), dan karena ini tugas yang diberikan negara maka harga pun sudah ditetapkan yakni harus Rp80 ribu/kg," kata Sri.

Ia mengemukakan banyak hal yang menjadi penyebab melambungnya harga daging sapi, salah satunya meningkatnya jumlah permintaah.

Pada saat Hari Raya, kebutuhan meningkat hingga 250 ribu ton, sementara yang mampu dipenuhi oleh sentra perternakan sapi hanya 170 ribu ton.

Kondisi ini juga diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang menginginkan daging segar saat berlebaran karena tidak suka daging beku.

Sehingga, sapi-sapi dari sentra perternakan di Jatim, Jateng, dan Lampung harus dibawa dalam kondisi hidup ke daerah yang membutuhkan untuk kemudian dipotong di rumah potong hewan.

"Inilah yang membuat biaya menjadi membengkak, padahal jika saja masyarakat mau mengkonsumsi daging beku maka biaya transfortasi dapat ditekan," kata dia.

Mulai Bergerak Naik
Sementara itu, harga gula kristal putih (pasir) di sejumlah pasar tradisional Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (17/5), mengalami kenaikan drastis dibandingkan pekan lalu dari Rp13.000/kg menjadi Rp14.500 kg.

Ayung, pedagang di Pasar Cinde Palembang, mengatakan, kenaikan ini sudah sangat terasa sejak sepekan terakhir.

"Memang masih ada yang jual Rp14.000/kg, tapi ada juga yang sudah menjual Rp14.500 kg. Saat ini stok menipis," kata Ayung sembari menunjukkan beberapa karung gula pasir kristal putih di tokonya.

Ia mengatakan saat ini kesulitan mendapatkan jenis gula pasir yang berwarna kuning, sehingga yang diperoleh hanya jenis gula pasir berwarna putih asal Lampung. "Saya dengar musim giling belum tiba, jadi harga gula naik," kata Ayung.

Arif, pedagang di Pasar Perumnas Palembang membenarkan bahwa pergerakan harga gula ini berlangsung cepat sejak sepekan terakhir.

"Asalnya Rp13.000/kg, kemudian mulai naik menjadi Rp13.500/kg. Kini sudah tembus Rp14.000/kg," kata dia.

Menurutnya, keadaan ini lumrah terjadi pada saat menjelang Ramadhan, termasuk untuk jenis kebutuhan pokok lain seperti minyak goreng dan telur.

"Bukan hanya gula pasir kelompok harga menengah yang naik, gula pasir premium seperti merek Gulaku juga naik. Saat ini modalnya saja sudah Rp15.500," kata Arif.

Sementara itu, harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional Palembang, Sumatera Selatan, Selasa, masih stabil dikisaran Rp125.000---Rp130.000 per kilogram.

Muhammad, pedagang daging di Pasar Cinde mengatakan harga tersebut masih menyamai harga setelah sempat terjadi kenaikan pada Januari 2016.

"Pada Januari lalu sempat melonjak jadi Rp140.000kg, kemudian stabil dikisaran Rp120.000---Rp125.000 perkg, tapi ada juga yang jual Rp130.000 per kg, tergantung pedagang mau untung banyak atau sedikit," kata Muhammad.

Ia mengemukakan sejauh ini harga daging belum bergerak naik meski mau menjelang Ramadhan. "Masih normal hingga kini, permintaan juga masih sama seperti sebelumnya," kata dia.

Senada, Zulkifli, pedagang daging sapi di Pasar Perumnas Palembang, mengatakan bahwa harga daging masih normal dikisaran Rp120.500/kg. "Belum, belum ada kenaikan. Pasokan juga masih lancar," kata Zulkifli.

Terkait ini, Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Sumatera Selatan mulai bergerak untuk mengantisipasi kenaikan harga barang menjelang Ramadhan ini dengan meningkatkan koordinasi antarpemangku kepentingan.

Ketua TPID Sumsel Hamid Ponco Wibowo mengatakan, pada pekan depan akan mulai dilakukan pemantauan langsung ke lapangan untuk memastikan ketersediaan pasokan.

"Rencananya BI bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi akan memantau langsung ketersediaan beras di sentra produksi, apakah benar-benar cukup untuk kebutuhan saat Ramadhan dan Lebaran. Demikian juga untuk kebutuhan lain, seperti cabai, bawang, telur, dan lainnya," kata Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia VII Sumatera Selatan ini.

Ponco mengatakan kenaikan harga di saat menjelang Ramadhan dan Lebaran merupakan suatu keniscayaan. Hanya saja, pemerintah bermaksud untuk menekan inflasi agar kebutuhan pokok tetap terjangkau masyarakat.

Untuk itu, ketersediaan pasokan dan kelancaran alur distribusi menjadi sangat menentukan mengingat kabupaten/kota di Sumsel terbilang masih tergantung satu sama lain.

Berdasarkan data BPS diketahui pada bulan April 2016 Provinsi Sumatera Selatan mengalami deflasi sebesar -0,25 persen, laju inflasi kumulatif sampai dengan bulan April 2016 sebesar 0,20 persen dan laju inflasi "year on year" (April 2016 terhadap April 2015) adalah 4,24 persen.

Terdapat empat komoditas yang terus menjadi penyumbang inflasi sejak awal tahun yakni cabai, bawang merah dan bawah putih, daging ayam, dan daging sapi.

"Di Sumsel ini belum ada suatu wilayah yang mandiri, hampir semuanya saling membutuhkan. Artinya, rantai distribusi sangat menentukan," ujar Ponco.

Kestabilan harga merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Langkah pemerintah melakukan operasi pasar diharapkan dapat menciptakan kestabilan harga sehingga masyarakat tidak lagi menjerit karena melambungnya harga kebutuhan pokok.